Hari berikutnya, suasana rumah masih tegang. Liora berusaha menghindari ibunya, memilih sibuk di kamar dengan pekerjaannya. Namun, pikirannya terus melayang pada pertemuan di taman bersama Mikael kemarin. Bahunya masih mengingat hangatnya tempat ia bersandar. Ada rasa tenang yang lama tidak ia rasakan. Tapi ketenangan itu tak berlangsung lama. Sore harinya, saat ia keluar sebentar untuk membeli kebutuhan di toko dekat rumah, sebuah mobil berhenti di seberang jalan. Dari jendela, wajah Rayden muncul. “Lior,” panggilnya, membuka pintu mobil. “Naik. Aku perlu bicara.” Liora menegang. “Ray, aku nggak bisa sekarang—” “Aku nggak akan lama.” Suaranya tegas, hampir memaksa. Dengan berat hati, Liora akhirnya masuk. Mobil melaju ke arah jalanan sepi. Rayden tidak langsung bicara, hanya menggenggam setir erat. Sorot matanya tajam ke depan, rahangnya mengeras. “Lior… kemarin aku lihat kamu sama Mikael,” ucapnya akhirnya. Jantung Liora berdegup kencang. “Ray, aku cuma butuh teman
Terakhir Diperbarui : 2025-09-21 Baca selengkapnya