Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati のすべてのチャプター: チャプター 61 - チャプター 70

Vannia membawa secangkir teh ke ruang tengah untuk Marisa. Saat itulah Renvier dan Anya datang dari liburan mereka. Vannia yang baru saja meletakkan teh itu di atas meja, memilih untuk tidak melihat ke arah mereka berdua. Ia memasang tampang dingin seraya duduk di samping Marisa."Wah, kalian berdua sudah pulang? Bagaimana liburannya?" tanya Berlina baru saja datang dari arah kamarnya."Sangat menyenangkan, Kak!" sahut Anya seraya melirik Vannia. "Liburan kali ini layaknya pengganti bulan madu kami yang kurang berjalan baik ketika di Jepang. Aku harap setelah ini aku akan segera hamil.""Wow, itu sangat ditungggu-tunggu, Anya. Dah, sekarang lebih baik kalian berdua istirahat. Aku ingin keluar dulu. Ada janji dengan seseorang," ucap Berlina seraya melenggang pergi.Anya malah menarik lengan Renvier untuk segera duduk di sofa. Vannia benar-benar kesal sekali, ia langsung memalingkan wajahnya agar tak menatap mereka. Sementara Renvier tak lepas pandangannya dari Vannia."Ibu, apa kabar?"

"Apa kau hamil?!" Chella terkejut sekali mendengar pernyataan yang baru saja disampaikan oleh sahabatnya.Vannia tersenyum malu sambil mengangguk. "Itu benar, Chella. Aku hamil anak Renvier. Kau masih ingat dengan malam istimewa di Jepang itu, bukan? Aku pikir ini berkat malam itu. Aku benar-benar tak menyangka akhirnya aku mendapatkannya juga."Chella antara senang atau tidak. Ia bingung bagaimana ekspresi yang harus ia tunjukkan. Hal tersebut membuat Vannia bertanya-tanya, ada dapa dengan sahabatnya? Apakah Chella tak senang mendengar kabar kehamilannya?"Chella, mengapa kau diam aja? Ada apa dengan raut wajahmu itu? Kau tak ingin mengucapkan selamat?"Chella langsung menyalami Vannia. "Selamat ya, Vannia. Akhirnya kau mendapatkan apa yang kau inginkan juga," ucapnya seraya memeluk singkat Vannia."Ada apa, Chella? Aku menangkap sesuatu yang janggal dari sikapmu ini?" tanya Vannia masih penasaran.Chella menghembuskan napasnya pasrah. "Ini soal Zein, Vannia. Bagaimana kecewanya Zein

"Pokoknya jangan sampai keberangkatan kami ketahuan oleh Renvier. Ibu sudah membicarakan hal ini pada Vannia. Wanita bodoh itu mau saja mempercayai ucapan Ibu. Jadi ketika kami berangkat dan mencapai titik yang ditentukan, kami akan diserang oleh para penjahat. Ibu diculik dan Vannia pun disakiti. Entah Vannia hidup atau mati, orang-orang suruhan itu akan membuang Vannia ke tempat yang jauh. Hingga tak ada yang bisa menemukannya. Ibu akan diculik selama beberapa hari atau minggu. Setelah itu, Ibu akan ditemukan. Tetapi Vannia? Dia tak dapat dijamah sama sekali. Bagaimana ide Ibu, kau menyukainya bukan?"Anya langsung memeluk Marisa yang ada di sampingnya. Di kafe private itu, Marisa menceritakan segala rencananya pada Anya. Tentang rencana jahatnya untuk mencelakai Vannia."Ibu, rencana itu sangat bagus. Aku sudah tak sabar menanti hasil dari rencana itu. Vannia akan pergi sejauh-jauhnya dari Renvier. Aku akan selalu ada untuk Renvier dalam suka maupun duka. Hingga Renvier benar-benar

Zein baru saja terbangun sekitar pukul enam pagi. Pria itu masih dengan setelan kantornya. Zein mengusap wajahanya dengan tampang yang lelah. Tadi malam ia lembur hingga pukul sembilan. Begitu sampai kamar, Zein langsung merebahkan dirinya tanpa berganti pakaian. Niatnya ingin tidur sepuluh menit saja, nyatanya ia tidur hingga esok harinya."Astaga—aku ketiduran? Bagaimana bisa aku tertidur padahal cuma berjanji tidur sepuluh menit saja. Aku bahkan belum sempat mandi dan berganti pakaian."Zein segera menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Ponselnya ia lempar begitu saja di kasur, tanpa melihat pesan masuk sejak tadi malam.Kurang lebih setengah jam berlalu, Zein sudah rapi dengan setelan rumahannya. Ia memutuskan untuk kerja siang saja karena tubuhnya masih terlalu lelah."Aku belum sempat memeriksa ponselku dari tadi malam. Apakah ada kabar dari Vannia? Semoga saja," gumam Zein seraya duduk di kasur. Ia membuka ponselnya untuk memeriksanya.Ternyata memang benar. Ada pesan masu

Kedua mata Vannia terbuka. Mengamati sekitar dengan tatapan bingung. Tak lama wanita tua yang menyelamatkannya masuk ke kamar membawakan teh hangat. Wanita tua itu tersenyum senang melihat Vannia akhirnya membuka mata juga."Kau sudah bangun, Nak?"Vannia menoleh pada wanita tua itu. Ia mencoba mengenalinya, tetapi tak bisa. Sesekali Vannia meringis karena sakit pada bagian belakang kepalanya. Vannia benar-benar tak ingat apa yang terjadi padanya. Sedikitpun tak ada yang bisa ia ingat."Aku di mana?""Kau ada di rumahku, Nak. Aku orang yang menyelamatkanmu dari bawah jurang.''"J-jurang?" kaget Vannia."Benar. Kau tergeletak bersimbah darah di semak-semak ketika aku mencari tanaman obat. Aku dan suamiku bingung, sebenarnya apa yang terjadi padamu. Mengapa wanita secantikmu tergeletak di sana. Ini hutan yang sangat jauh dari kota. Untuk apa kau ke hutan ini?"Vannia yang mendengar kronologi ditemukan dirinya, merasa sangat sedih. Apa yang terjadi padanya? Vannia nyaris frustrasi mencob