All Chapters of Menjadi Wanita Terhormat Setelah Dikhianati: Chapter 71 - Chapter 80

Zein membuka matanya. Anehnya, ia menatap atap di atas sana. Bukan langit terbuka lagi. Buru-buru Zein bangun. Ternyata ia berada di sebuah rumah sederhana yang sangat sepi sekali keadaannya."Astaga—di mana aku? Seingatku ... tadi pingsan di hutan dan—""Dan aku yang menolongmu, Kak."Zein menoleh pada seorang remaja berperawakan kurus yang baru saja datang dari dalam. Remaja pria itu membawa secangkir air rebusan tanaman obat dan memberikannya pada Zein."Minumlah air rebutan tanaman obat ini. Ibuku selalu membuatnya jika aku mengalami luka sepertimu."Zein menerima gelas itu dengan senyuman ramah. "Terima kasih. Aku akan meminumnya."Wajah Zein sontak mengerut ketika meninum ramuan yang teramat pahit itu. Tapi malah mengundang tawa si remaja laki-laki itu."Kau tertawa?" Zein bertanya dengan nada yang bersahabat. "Terima kasih telah menolongku. Juga ... terima kasih sudah mengobati kakiku." Zein menatap kakinya yang berbalut kain."Sama-sama. Sejujurnya ayahku yang mengobatimu. A

Dua bulan berlalu. Keberadaan Zein dan Vannia belum juga ditemukan. Hal itu memicu pertanyaan besar bagi keluarga Vannia karena anaknya sudah lama tak berkunjung. Pada saat mencari tahu informasi tentang putri mereka, akhirnya mereka menemui Chella dan Chella mengatakan yang sebenarnya. Chella merasa bersalah tak mengabari keluarga Vannia. Hal itu karena permintaan Zein. Chella juga menceritakan alasan Zein melarang dirinya untuk memberitahu orang tua Vannia. Maka sejak saat itulah pencarian terhadap Vannia dilakukan. Keluarganya Zein pun sama, mereka melakukan pencarian terhadap putra mereka.Sementara itu di sisi lain, Vannia sedang memasak nasi. Perutnya sudah terlihat membesar karena usia kandunganya kurang lebih tiga bulan. Kedua orang tua angkatnya pun menjaga Vannia dengan baik."Bulan, Ibu akan ke kota untuk membeli beras. Kau tunggulah di sini dan jangan ke mana-mana. Kemungkinan Ibu akan pulang sore karena perjalanan sangat jauh," ujar Bu Runah.Vannia menoleh pada ibunya. "B

Bu Runah sudah pulang ke rumah ketika petang tiba. Beliau sangat terkejut dengan keberadaan pria asing di rumahnya bersama Vannia. Vannia lekas menjelaskan semuanya sebelum Bu Runah salah paham. Akhirnya Bu Runah mengerti, dan memercayai Zein sebagai orang terdekat Vannia yang memang sedang mencari keberadaan wanita itu. Sore itu, mereka berbicara dengan serius."Jadi ... aku ingin membawa Vannia pergi dari sini, Bu. Aku ingin mengajak Vannia untuk kembali pada orang tuanya. Bagaimana pun juga ini sudah sangat lama, sekitar dua bulan berlalu. Kedua orang tuanya pasti sangat bersedih. Jadi maafkan aku jika aku harus memisahkan kalian bertiga," ucap Zein dengan hati-hati.Meski berlinang air mata, Bu Runah mengangguk setuju. "Baiklah, tidak masalah. Ini semua memang menjadi sebuah keharusan. Bulan ah maksudku Vannia memang harus pulang pada keluarga kandungnya. Meski aku sudah sangat menyayangi Vannia, tetapi aku tak punya alasan pun menahannya di sini. Aku dan suamiku hanya orang tua an

Kedatangan Vannia, Zein, dan Bu Runah membuat keluarga Vannia benar-benar sangat terkejut sekaligus bahagia. Mereka juga dikejutkan dengan kehamilan Vannia yang sama sekali tak mereka ketahui. Zein mewakili Vannia menceritakan apa yang terjadi pada Vannia. Mulai dari kehamilan Vannia, Vannia yang menghilang ke mana, Vannia dirawat oleh Bu Runah juga Pak Walan, hingga pertemuan Zein dan Vannia yang begitu dramatis."Jadi, Vannia hilang ingatan?" tanya Nyonya Anna khawatir menatap anaknya."Benar, Bu. Vannia hilang ingatan sejak aku menemukan dia. Tapi tenang, dia baik-baik saja. Meski menggunakan obat tradisional, tapi luka belakang kepalanya cepat sembuh. Jika Bu Anna masih khawatir, silakan bawa putri Anda ke rumah sakit," ujar Bu Runah.Bu Anna tersenyum pada Bu Runah. "Bu Runah, terima kasih banyak telah menyelematkan nyawa putri kami. Aku betul-betul berhutang nyawa dengan Anda dan suami Anda. Jika berkenan, aku akan memberikan sebuah rumah lengkap dengan isi dan semua fasilitasny

Renvier dan Berlina dikejutkan oleh kedatangan Vannia dan keluarganya. Saat ini mereka sedang duduk di ruang tamu. Wajah kakak beradik itu tampak segan sekali berhadapan langsung dengan kedua orang tua Vannia yang terkenal sangat terpandang itu.Marisa yang baru saja hendak keluar dari kamarnya pun mengurungkan diri. Ia sangat terkejut melihat keberadaan Vannia yang sehat bugar di tengah kedua orang tuanya. Buru-buru Marisa menutup kamarnya."Langsung saja, aku tak ingin bertele-tele atau membahas apa yang telah terjadi. Aku—ayahnya Vannia—ingin menyampaikan keinginan putriku untuk bercerai denganmu, Renvier," ungkap Tuan Daniel.Renvier langsung mendongkak, menatap tak percaya pada Tuan Daniel. Lalu tatapannya beralih pada Vannia yang menatapnya datar. Tatapan Renvier turun dari wajah Vannia ke bagian perut wanita itu."Oh, Vannia ingin menuntut cerai padaku karena dia hamil anak seseorang?" tanya Renvier.Tuan Daniel langsung berdiri sambil menatap marah. "Jaga ucapanmu! Putriku buk