“Tuan Kevin ini ….” Vanya benar-benar bingung apa yang harus dilakukannya.Namun, Kevin tetap bergeming di tempat, membuat Vanya mau tak mau menyuapkan sendok itu ke mulutnya. Tidak ada raut jijik, tidak ada tatapan enggan, hanya sorot mata tenang yang justru membuat Vanya gugup.Pria itu mengunyah perlahan, rahangnya sedikit mengencang, lalu dengan gerakan santai ia mengusap ujung bibirnya menggunakan ibu jari. Gerakan kecil itu begitu sederhana, tapi jelas sekali membuat dada Vanya berdebar lebih cepat dari sebelumnya.“Hm,” gumam Kevin pelan, matanya tidak lepas dari wajah Vanya. “Apa ini perasaanku saja, atau makanannya memang lebih enak kalau disuapi olehmu?”Pipi Vanya langsung memanas. Ia berdeham kecil, berusaha mengalihkan pandangan sambil kembali menyendok nasi.“Kalau begitu ... mau lagi?” tanyanya pelan, sedikit malu-malu.Kevin tersenyum miring, pandangannya semakin lembut—dan dalam.“Tidak,” ujarnya rendah, “kau saja yang makan. Aku lebih suka melihatmu menikmati makanan
ปรับปรุงล่าสุด : 2025-10-13 อ่านเพิ่มเติม