Keluarga Devantara terasa begitu hangat. Devina yang mengenakan setelan jas kerja rapi, menunduk sambil memotong tangkai bunga. Di dalam vas porselen sudah ada beberapa bunga peoni, sementara di sebelahnya masih menumpuk dedaunan dan bunga yang belum dipangkas.Easton duduk santai di sana, mengambil setangkai bunga dan memainkannya di tangan. Dengan logat Kota Jostam yang kental, dia membuka mulut. "Ibu, bukannya kemarin Ibu bilang ada pertemuan akademik, jadi nggak bisa hadir?"Devina menjawab dengan ketus, "Nenekmu bilang besok di rumah akan ada jamuan, jadi Ibu harus hadir.""Oh."Maggie melirik penuh keluhan ke arah pria di sofa, lalu berjalan mendekat dan menundukkan badan sedikit untuk memberi salam sopan kepada Devina.Devina hanya melirik dingin dan langsung mengabaikannya. Dengan tenang, dia memangkas setengah tangkai peoni, menatapnya sebentar, lalu memasukkannya ke vas. "Easton, kamu masih ingat Paman Hansen dari Kementerian Luar Negeri, 'kan?""Putrinya, Ruby, baru pulang m
Read more