All Chapters of Pernikahan Dadakan: Gadis Bisu Pemenang Hati Presdir: Chapter 81 - Chapter 90

[ Kamu lihat apa! ]Maggie marah sekaligus malu, bahkan lupa kalau Easton tidak mengerti bahasa isyarat. Secara refleks, Maggie menutupi dadanya dengan tangan, yang justru membuatnya terlihat semakin mencurigakan.Sudut bibir Easton terangkat tipis. Dengan kedua tangan terlipat di dada, nada bicaranya terdengar merendahkan, "Sekarang baru kamu merasa lalu? Nggak terlalu telat, tuh? Lagian sudah kulihat dan pegang juga."Benar-benar tak tahu malu!Maggie menggertakkan gigi gerahamnya, sorot matanya berubah tajam. Dalam hati, dia sudah memaki-maki delapan turunan Easton."Kuberi waktu 20 menit untuk siap-siap. Turun ke bawah." Easton melirik jam tangan di pergelangan tangannya, saat ini tepat pukul 07.15.Maggie tetap tidak bergerak. Dia masih mempertahankan posisinya menutupi dada sambil menatap tajam ke arahnya. Keduanya saling berhadapan tanpa bergerak sedikit pun.Akhirnya, Maggie mengalah. Bagaimanapun, dia hanya seorang karyawan biasa. Kalau terus adu keras kepala dengan presdir ya

Easton telah membuatnya kelelahan semalaman. Seluruh tubuh Maggie terasa lemas dan pegal, tetapi dia masih harus menjaga konsentrasi penuh untuk menyetir di jalanan padat saat jam sibuk di Kota Jostam. Rasanya seperti siksaan yang tidak manusiawi.Maggie menggoyang-goyangkan kunci mobil di tangannya, perasaannya ternyata tidak seburuk yang dibayangkan. Dia berhasil melakukannya ... membawa mobil itu sampai tujuan dengan aman seorang diri.Easton memang memikirkan hal ini dengan cukup matang. Selama ini, Maggie selalu mengandalkan taksi online yang sebenarnya tidak terlalu aman untuk pergi dan pulang kerja.Kalau siang hari mungkin tidak masalah, tetapi sesekali dia harus memesan mobil larut malam dan yang datang adalah pria asing. Dia sering kali merasa jantungnya berdegup kencang, napas memburu, bahkan merasakan ketegangan yang membuatnya gelisah.Maggie menyelipkan kunci mobil itu ke bagian paling bawah tasnya. Entah mengapa, dia menoleh lagi ke arah mobil ... lalu tertegun. Pelat no

Begitu mendengar kata "liburan ke luar negeri", mata Easton sedikit berbinar dan tiba-tiba muncul sebuah ide di kepalanya.Saat mulai bicara, semangat Kaeso telah menggebu-gebu. "Perusahaan kita ini sangat memperhatikan sisi kemanusiaan. Biasanya, kalau pasangan kekasih akan memilih liburan berbayar. Kalau pasangannya cuma dibentuk sementara, tapi keduanya ada niat mengembangkan hubungan, mereka bisa memilih jalan-jalan bersama. Tentu saja juga bisa menukarnya jadi uang tunai dan dibagi rata.""Kamu cukup paham juga soal begituan. Sudah nggak sabar mau coba?" Suasana hati Easton sedang baik, sehingga dia bahkan ikut menggoda Kaeso.Kaeso tertawa canggung, lalu bergumam pelan, "Kalaupun nggak ada teman untuk liburan, tinggal cari pasangan asal-asalan saja. Kalau bisa menang, hadiahnya dibagi rata. Begini juga menggiurkan, bukan?"Meski bercanda, Kaeso tidak lupa pada tugas utamanya. Dia kembali bertanya pada Easton, "Untuk pasangan dansa di tarian pembukaan, apakah Anda sudah menentukan

Rora menerima kotak hadiah di tangan Maggie dengan alami. Namun, seketika dia merasa terkejut. "Berat sekali, apa di dalamnya?"Lantaran takut membuat Rora kaget, Maggie buru-buru mengambil kembali kotak itu, lalu membukanya dengan hati-hati seolah sedang memegang harta berharga.Anak kucing itu tampak sangat lemah, tergeletak di dalam kotak. Hanya gerakan naik-turun yang halus pada tubuh mungilnya yang membuktikan dia masih hidup dan sesekali mengeluarkan suara meong yang hampir tak terdengar."Nyonya, dari mana Anda dapat kucing ini? Sepertinya ini anak kucing yang baru lahir. Saya harus cepat-cepat membuatkan susu kambing bubuk. Lihat saja, ini terlalu lemah."Maggie hanya tersenyum getir. Ternyata dia tidak salah menilai Rora. Wanita ini benar-benar seperti perawat alami. Bukan hanya bisa membuat orang sehat dan gemuk, tapi sepertinya juga sanggup merawat anak kucing yang lemah seperti ini.Maggie meletakkan gaun di atas sofa, lalu mengangkat anak kucing itu dengan hati-hati dan me

Dari luar, kerja sama itu tampak seperti hubungan saling menguntungkan. Namun sebenarnya, ini lebih seperti Grup Devantara yang menghadiahkan bisnis kepada pihak bank.Kebetulan sekali, "durian runtuh" itu jatuh ke tangan Maggie. Tangannya terhenti di atas keyboard. Sebuah pikiran yang mengganggu tiba-tiba muncul di benaknya.'Jangan-jangan ... Easton sengaja memilih Bank Maxi di antara sekian banyak bank yang ikut menawar?'Tepatnya, Easton memilih dirinya ... karena dia bekerja di divisi kredit Bank Maxi, sehingga yang akhirnya mendapatkan proyek besar ini adalah Bank Maxi.Begitu pikiran itu muncul, dia tak bisa lagi menepisnya.Tubuh Maggie menegang, kedua tangannya terasa mati rasa. Akan tetapi ... apa untungnya bagi Easton?Padahal Easton sangat membencinya, kenapa harus memikirkan rencana yang bisa menguntungkannya? Easton adalah seorang pebisnis. Pilihannya jatuh pada Bank Maxi tentu demi keuntungan yang maksimal.Maggie mencoba menenangkan diri. Sebelum pikirannya melayang leb