"Pergi saja, kamu 'kan masih harus buru-buru balik ke lokasi syuting? Lain kali kita datang lagi, dia sudah luka parah begini, masa bisa diam-diam kabur?" Lucano maju jadi penengah dan merangkul Jossie keluar.Kaeso yang sangat peka pun segera menutup pintu. Kamar rawat itu tinggal Maggie dan Easton berdua. Easton menatapnya dengan intens, tangan Maggie yang memegang kapas tanpa sadar bergetar.Dia menggenggam pergelangan tangan Maggie, lalu menghela napas. "Aku kira kamu nggak akan datang."Maggie tersenyum getir, lalu menundukkan kepala tidak berani menatapnya. Namun, matanya sudah berkaca-kaca.Wajah Easton tampak pucat, kulitnya yang putih tampak semakin kehilangan warna. Tubuhnya penuh luka, perban dan kasa di sekujur badannya masih merembeskan darah.Lengan kanannya digips, perban putih tersampir di lehernya, dan luka di dahinya terlihat begitu mencolok. Maggie mati-matian menahan tangis, tetapi air matanya tetap saja menetes. Akhirnya, dia terpaksa memalingkan wajah.Sebuah pera
Read more