Reruntuhan pondok tua masih terbakar. Api melahap kayu lapuk, asap hitam mengepul ke langit malam, menutupi cahaya bulan. Ravika, Arven, dan Jendra berdiri terpaku, tubuh mereka gemetar, napas tersengal. Ledakan barusan seharusnya mengakhiri segalanya. Seharusnya.Tapi sosok itu kembali muncul.Bayu.Tubuhnya berlumuran darah, bajunya terbakar di beberapa bagian, wajahnya penuh luka goresan dan darah kering. Tapi sorot matanya… masih sama. Penuh kebencian, penuh obsesi. Seperti iblis yang menolak mati.Ia terhuyung beberapa langkah keluar dari puing, pisau masih tergenggam di tangan kanannya. Batuk darah, lalu tertawa pendek—seram, serak, membuat bulu kuduk berdiri.“Kalian pikir… ledakan murahan bisa menghabisiku?” katanya, suaranya parau tapi dingin. “Kalian terlalu meremehkan aku.”---Ravika spontan berdiri di depan Arven, melindunginya. “Bayu, berhenti! Kau sudah hancur. Lihat dirimu! Apa lagi yang kau cari?”Bayu menatapnya lama, matanya merah karena asap dan amarah. “Apa lagi y
最終更新日 : 2025-09-25 続きを読む