Hujan berhenti menjelang subuh.Udara masih lembap, aroma tanah basah menembus kisi jendela kamar kos yang setengah terbuka. Di luar, matahari belum sepenuhnya muncul, tapi langit sudah mulai berwarna jingga pucat.Ravika duduk di kursi dekat jendela, menggenggam secangkir kopi hangat. Ia belum tidur semalaman. Pandangannya kosong ke luar, tapi pikirannya justru sibuk — seperti menonton kembali seluruh hidupnya dalam diam.Pintu kamar berderit pelan. Arven keluar dari dalam, masih mengenakan kaus longgar dan celana santai. Rambutnya berantakan, tapi wajahnya tampak lebih tenang dibanding malam sebelumnya.“Ibu belum tidur lagi?” suaranya parau, setengah mengantuk.Ravika menoleh, tersenyum tipis. “Nggak bisa. Tiap kali merem, masih kebayang semuanya.”Arven mendekat, duduk di lantai dekat kakinya. Ia bersandar di kursi, menatap kopi di tangan Ravika. “Saya buatin yang baru aja, biar anget.”Ravika menggeleng lembut. “Udah cukup, Ven. Aku cuma butuh waktu buat… berdamai.”---Hening ke
Last Updated : 2025-10-07 Read more