Hujan telah reda, hanya menyisakan sisa rintik yang jatuh perlahan dari ujung genting, menciptakan irama sunyi di malam yang sepi. Ruang tamu kos itu remang-remang, hanya diterangi lampu bohlam kuning yang menggantung di langit-langit. Aroma tanah basah terbawa masuk lewat jendela yang sedikit terbuka, membuat udara malam terasa semakin dingin.Arven duduk di kursi kayu, menunggu. Pikirannya berputar-putar, mencoba mencerna kejadian barusan—sosok pria misterius dengan tatapan tajam, wajah Ravika yang mendadak pucat, dan kalimat terakhir yang terdengar seperti ancaman. Jantungnya masih berdegup keras, seperti ada firasat buruk yang sulit ia abaikan.Beberapa menit kemudian, pintu gerbang berderit, lalu terbuka. Ravika masuk dengan langkah cepat. Gaun rumahnya sedikit basah terkena percikan hujan, rambutnya menempel pada pipi. Wajahnya pucat, dan meski mencoba tersenyum, jelas terlihat bahwa itu senyum yang dipaksakan.“Maaf membuatmu menunggu,” ucapnya pelan. Suaranya nyaris tenggelam
Last Updated : 2025-08-09 Read more