“Apa maksud Kak Arvin ngomong kita udah pacaran?” Gista yang biasa tenang berubah jadi tidak tenang. Esok harinya, begitu mereka bertemu di kantor, Gista langsung mencecar Arvin dengan pertanyaan itu. “Santai, Gista. Baru datang jangan langsung disambut wajah bete, dong.” “Jadi, Kak Arvin sadar kalau aku bete?” tanya Gista dingin. “Kelihatan, Gista.” Arvin meletakkan barang-barangnya di meja. Ada dua editor lain yang sudah ada di posisi masing-masing saat Arvin datang. Mereka melirik Arvin dan Gista yang bicara serius di pagi hari. “Kita keluar.” Gista mau tak mau menurut. Dia mengikuti Arvin. Pikirnya pria itu akan bicara di pantri, atau mungkin di gudang. Namun, saat Arvin melewati dua ruangan itu dan langsung menuju ke tangga darurat, Gista mulai waspada. “Kita butuh privasi. Tapi bicara di luar kantor di jam seperti ini rawan kena SP dari HRD,” jelas Arvin begitu mereka berada di tangga darurat. Gista mengangguk. Dia menjaga jarak dari pria itu. Gista merapat ke dinding,
Terakhir Diperbarui : 2025-10-03 Baca selengkapnya