Library

Search

Home / Romansa / Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin! / Chapter 11 - Chapter 20

All Chapters of Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!: Chapter 11 - Chapter 20

100 Chapters

Bab 11

Setelah kena tampar, anak itu pasti menakut-nakuti Kelly lagi.Namun, bukannya kasihan pada cucunya, Nyonya Sherly malah lebih kasihan pada Kelly.Dia selalu memasang wajah seperti malaikat pencabut nyawa, hantu pun bisa kabur dibuatnya.Takut Kelly tidak enak badan, Nyonya Sherly meminta orang membawakan makan malam ke kamarnya, supaya dia bisa makan di kamar saja.Saat Yoga makan di lantai bawah, Nyonya Sherly kembali menegurnya, Kelly itu penakut, jangan selalu menakut-nakutinya. Kenapa kamu selalu memasang wajah begitu, sih?”“Kalau sampai kamu membuat cicitku gugur, aku akan mati di depanmu!”Yoga mengerutkan kening, “Nenek, jangan bicara yang nggak-nggak.”Haruskah sampai segitunya?Sedikit-sedikit mengancam dengan nyawa segala.Dia juga tidak berniat menakutinya, memang Kelly sendiri yang penakut seperti tikus. Itu pun salahnya?Nenek melanjutkan, “Kamu luangkan waktu besok, ajak Kelly beli baju dan kebutuhan sehari-hari.”Memang tidak ada barang-barang perempuan di rumah ini d

Bab 12

Begitu melihat jelas, ternyata Yoga yang berdiri di depan pintu. Kelly langsung mundur bersembunyi di balik pintu. Dia tak berani menjulurkan kepala sedikit untuk melihatnya, lalu bertanya pelan, “Pak Yoga, ada perlu apa?”Yoga menatapnya datar, “Lewat jam sembilan malam, para pelayan di gedung utama sudah pulang. Jadi, nggak ada orang di gedung ini. Kalau ada apa-apa, panggil aku di kamar sebelah.”“Hanya untuk urusan darurat.”Artinya kalau bukan hal penting, jangan ganggu dia.Kelly mengangguk patuh. Melihat dia tidak bicara lagi, Kelly buru-buru menutup pintu.Setelah mengunci pintu rapat-rapat, Kelly duduk sambil memegang ponselnya dan wajahnya terlihat cemas.Dia bingung bagaimana memberitahu Tasya kalau dirinya tidak pulang ke asrama malam ini.Kalau dia mengabarinya, Tasya pasti akan bertanya kenapa tidak balik ke asrama.Peraturan kampus melarang mahasiswa menginap di luar. Selalu ada pemeriksaan kamar malam harinya dan kalau sesekali tidak sempat pulang, harus memberitahu tem

Bab 13

“Iya!”Sambil menggigit bibir, Kelly menjawab pelan dengan wajah malu, “Aku nggak bisa pakai dispenser air.”Yoga tidak berkata apa-apa. Dia mengambil botol dari tangan Kelly, lalu berjalan ke samping dispenser. Tangannya menyentuh sensor dan air pun mengalir perlahan.Setelah penuh, dia menyerahkan kembali botol padanya, “Ini pakai sensor, tinggal taruh tangan di sini, nanti airnya keluar sendiri.”“Besok aku akan suruh orang pasang dispenser di kamarmu. Jadi kalau mau minum nggak perlu turun lagi.”Kelly menerima gelas itu dan mengucapkan terima kasih dengan pelan!Lalu, dia pun cepat-cepat berbalik menuju tangga, seperti sedang dikejar hantu.Melihat dia yang kabur begitu cepat, Yoga terlihat kesal.Haruskah sebegitu takut padanya?Emangnya dirinya makan orang?Terbayang kejadian siang tadi saat dia ketakutan hingga sakit perut, Yoga semakin kesal.Dengan keadaan seperti itu, mungkinkah bayinya lahir dalam keadaan sehat?Kalau sampai terjadi sesuatu pada bayinya, nenek pasti akan ri

Bab 14

Keesokan paginya, sekitar pukul enam lewat, Kelly sudah terbangun. Setelah cuci muka dan merapikan diri di kamar, waktu masih jam tujuh kurang. Karena belum begitu mengenal lingkungan Keluarga Liyas, Kelly bingung mau melakukan apa kalau turun terlalu pagi. Akhirnya, dia membuka ponselnya dan mendengarkan siaran radio bahasa inggris.Hari ini dia berencana kembali ke kampus untuk mengambil buku-buku pelajaran dan beberapa barang keperluan sehari-hari. Kemungkinan besar dirinya akan tinggal di istana ini sampai bayinya lahir.Dia memutuskan untuk menerima keadaan saja, setidaknya untuk sementara tinggal dengan tenang di sini.Asal rutinitas belajar dan kesehariannya tidak terganggu, itu sudah cukup.Pekerjaan paruh waktu tetap harus dijalani, karena uang yang dia hasilkan sendiri jauh lebih tenang untuk dipakai.Pukul setengah delapan, Kelly membuka pintu kamar dan turun ke bawah. Tangannya memegang ransel lusuh yang warnanya sudah memudar karena sering dicuci, serta botol minumnya.Saa

Bab 15

Ini benar-benar tidak bisa diterima.Nyonya Sherly tersenyum manis sambil menahan tangannya, “Nggak mahal, ini memang untukmu. Diterima saja.”“Barang ini sudah diberikan padamu, berarti sudah menjadi milikmu. Terserah kamu mau berbuat apapun pada gelang ini, tapi nggak boleh mengembalikannya padaku.”Mana mungkin Kelly berani sembarangan dengan gelang itu?!Dia benar-benar tidak berani menerimanya.Kelly melirik ke arah Yoga, berharap dia bisa membujuk nenek untuk mengambil kembali gelang itu.Sayangnya, pria itu hanya menatapnya satu detik, lalu mengalihkan pandangan, mengabaikan tatapan minta tolongnya.Akhirnya, Kelly terpaksa menerima gelang itu. Dia memutuskan untuk menerimanya dulu, saat tidak ada orang, dirinya akan mengembalikannya pada Yoga, biar Yoga saja yang mengurusnya.Dia tidak boleh mengambil barang apapun dari Keluarga Liyas.Dia sangat sadar posisinya.Melihat Kelly menerimanya, Nyonya Sherly pun sangat senang. Lalu, mendesak Yoga untuk membawanya ke mal.Jam segini

Bab 16

Apapun di dunia ini akan ada balasannya.Dari hidup sederhana beralih ke hidup mewah, itu mudah. Tapi, dari mewah kembali ke sederhana yang sulit.Sekarang, demi anak di kandungannya, Yoga rela memberinya asupan dan pakaian terbaik, segala kebutuhan hidup pun dipenuhi dengan yang paling bagus.Lalu, bagaimana dengan setahun kemudian?Bagaimana mungkin tidak ada kesenjangan saat kembali ke kehidupan biasa nanti?Pakaian mahal seperti ini pun rasanya tidak nyaman dipakai. Saat makan takut terkena minyak, saat menulis takut tercoret tinta, naik kereta takut terinjak orang…Lebih baik pakai baju miliknya sendiri, Kelly akan merasa lebih bebas. Kalaupun kotor, saat dicuci pun tidak akan terlalu sayang.Alasan Kelly mengawatirkan begitu banyak, karena keluarganya terlalu miskin sejak dia kecil.Dia tumbuh dengan rasa minder. Bahkan merasa tidak pantas memiliki barang bagus.Yoga duduk di sofa sambil melihat tablet.Melihat Kelly berlama-lama memilih baju dan tak bisa menentukan, Yoga pun me

Bab 17

Teman-temannya pasti akan bertanya-tanya.Semua orang tahu kondisi keluarga tidak berada. Tiba-tiba saja dia memakai ponsel dan pakaian sebagus ini, wajar kalau akan memancing rasa penasaran orang.Namun, dia juga tidak berani menolak niat baik pria ini.Kelly larut dalam pikirannya sendiri, mencari cara bagaimana membujuknya agar mengembalikan ponsel ini!Baginya, ponsel seharga jutaan saja sudah cukup.Yoga yang melihatnya melamun, sepertinya sudah bisa menebak apa yang dia pikirkan.Dia tahu Kelly merasa barang-barang itu terlalu mahal dan dirinya tidak pantas memilikinya.Rasa minder yang lahir dari kemiskinan memang menyedihkan, bahkan saat diberi keberuntungan pun tak sanggup menikmatinya.Sebenarnya, semua pikiran itu tidak ada hubungannya dengan dirinya dan Yoga pun tidak peduli.Namun, melihat wajah muramnya, Yoga khawatir hal itu akan memengaruhi bayi di perutnya. Dia pun berkata, “Kalau merasa terlalu mencolok, beli saja casing ponsel di online. Kalau nggak diperhatikan, ora

Bab 18

Setelah mengirim pesan pada dosen wali, Kelly berkata pada Tasya, “Tasya, aku mau pindah keluar.”Tasya yang sedang menggosok gigi di balkon langsung berhenti dan berhenti menyikat gigi, lalu berlari menghampiri.“Apa kamu bilang? Mau pindah keluar?”Dia sedang menyikat gigi tadi dan suara sikat gigi elektrik cukup bising, jadi dia tidak mendengar jelas.Kelly menjawab, “Iya, aku mau pindah keluar.”Tasya menatapnya tak percaya, “Kamu mau pindah dan tinggal sama siapa?”Belum lagi izin tinggal di luar kampus itu sulit didapat, biaya sewa di luar juga tidak murah.Darimana Kelly dapat uang untuk sewa rumah?Sebuah pikiran buruk melintas di benak Tasya.Kelly terlihat agak berbeda akhir-akhir ini, jangan-jangan…Mungkinkah seperti yang dia pikirkan?Di kampus, ada juga mahasiswi yang menjadi simpanan pria demi gengsi dan cinta semata.Kelly cantik dan patuh, keluarganya juga kurang mampu dan sangat butuh uang.Jangan-jangan dia khilaf dan memilih bersama pria tua demi uang?!Di depan ger

Bab 19

Selvi sebenarnya agak segan pada Tasya, jadi meski tidak suka pada Kelly, dia tak pernah menunjukkan terlalu terang-terangan.Paling-paling, dia hanya akan menyindir Kelly sesekali saat tidak ada orang lain di sekitar.Sindiran itu memang tidak terlalu tajam, tapi cukup membuat orang merasa tidak nyaman.Hanya saja, Kelly tidak pernah menanggapi atau mempermasalahkannya.Kelly mengambil kembali laptop dari tangannya dan memasukkannya ke dalam tas, “Itu punya muridku, aku hanya bantu simpan.”Selvi mendengus, “Cih! Muridmu baik sekali? Sampai-sampai menitipkan laptop baru padamu.”Laptop itu jelas baru, lapisan pelindungnya bahkan belum dilepas.Mana mungkin dia percaya omongan Kelly begitu saja?“Jangan-jangan kamu mencurinya?”Kelly sudah terbiasa dengan nada bicara pedasnya. Dia hanya menahan diri karena mereka tinggal satu kamar.Tidak perlu berdebat panjang dengan orang seperti itu.Kelly menutup rapat resleting tasnya, memeluk buku-bukunya dan berjalan menuju pintu.Melihat Kelly

Bab 20

Kelly jelas-jelas anak keluarga miskin, tapi gayanya seolah-olah tinggi hati. Itu membuat Selvi semakin tidak suka.Namun, dua teman sekamar lainnya cukup akrab dengan Kelly. Jadi, meskipun dirinya tidak menyukainya, Selvi tetap tidak pernah menunjukkannya di asrama.Kelly memeluk barang-barangnya dan berjalan ke gerbang kampus. Sopir yang dikirim Yoga sudah menunggunya di sana sejak tadi.Begitu melihat Kelly keluar sambil menenteng barang, sopir segera turun dari mobil dan berlari pelan menghampiri untuk mengambil barang dari tangannya.Kelly mengucapkan terima kasih, lalu menyerahkan barang itu pada sopir.Jika dulu, dia pasti akan menolak bantuannya dan membawanya sendiri.Namun, setelah memikul barang berat itu cukup jauh, dirinya memang merasa lelah.Tadi, dia bahkan sempat berhenti untuk beristirahat sebentar.Apalagi dirinya sedang mengandung sekarang. Dia harus lebih berhati-hati, tidak boleh mengangkat beban terlalu berat.Di perutnya, ada dua bayi yang bagaikan harta karun t

PREV

...

NEXT

SCAN CODE TO READ ON APP

DMCA.com Protection Status