All Chapters of Hamil Kembar, Aku Disayang Bos Dingin!: Chapter 61 - Chapter 70

Kelly menjawab, “Iya.”Wati mulai bertanya, “Kelly, pekerjaanmu belakangan ini lancar?’Kelly menjawab, “Lumayan lancar.”“Ibu, lagi ada masalah di rumah?”Wati terdiam sejenak, lalu berkata, “Tadi ommu telepon bilang nenekmu jatuh lumayan parah dan sekarang lagi dirawat di rumah sakit kota.”“Biaya deposit rawat inap seratus dua puluh juta dan menyuruh kita patungan enam puluh juta.”Sejak menderita kanker, Wati sudah tidak bisa bekerja lagi. Kebutuhan hidup dan biaya obat ditopang oleh bantuan sosial, sedikit penghasilan dari pekerjaan tangan yang dia ambil dari pabrik, ditambah uang kiriman Kelly dari hasil kerja.Keluarga ini sama sekali tak punya tabungan. Bagi mereka, enam puluh juta itu jumlah yang sangat besar.Suaminya jarang pulang, bahkan tidak tahu di mana keberadaannya.Jangankan minta uang dengannya, dia tidak pulang dan minta uang saja sudah syukur.Kelly langsung berkata, “Suruh mereka minta ke ayah!”“Nenek melahirkan dan membesarkan ayah, bukan kita. Jadi, ayah yang p

Karena tidak menemukan Yoga, Kelly turun mencari Bibi Minah dan bilang kalau jaringannya bermasalah.Bibi mInah pun bilang kalau dirinya juga tidak bisa memperbaikinya dan menyarankan Kelly untuk mencari Yoga saja. Kemungkinan dia ada di ruang kerja.Akhirnya, Kelly kembali naik ke lantai atas untuk mencarinya.Sesuai arahan Bibi Minah, Kelly mengetuk pintu ruang kerja.Mengetuk beberapa kali, pintu pun dibuka oleh Yoga.Kelly menunduk, tidak berani melihat ke dalam ruangan.“Pak Yoga, jaringan di kamarku sepertinya mati, bisa tolong dilihatkan sebentar?”Saat itu, rapat Yoga belum selesai.“Sangat buru-buru?”Nada suaranya terdengar kurang ramah.Keringat mulai muncul di dahi Kelly.“Aku… aku lagi mengajar online, tiba-tiba jaringannya terputus.Waktu anak SMP itu sangat padat, biasanya orang tua mereka sudah menjadwalkan penuh.Mulai dari jam belajar sampai waktu mengerjakan PR.Jadi begitu jaringan mati, Kelly sangat panik.Takut membuang waktu murid-muridnya.Yoga mengikutinya ke k

Kelly memberanikan diri dan berkata, “Makan malam sudah siap, mau turun makan bersama?”Yoga menatap wajah ketakutannya. Kalau dirinya tidak turun, sepertinya gadis itu bahkan tak berani menyentuh makanan.Yoga pun menutup pintu kamar di belakangnya.Lalu menjawab singkat, “Ayo.”“Iya!”Kelly segera menyampingkan tubuhnya, menunduk, berdiri di tempat seperti seekor burung puyuh, sama sekali tak berani bergerak.Dia menunggu, membiarkan Yoga berjalan lebih dulu.Kemudian, dia mengikuti di belakangnya.Melihat sikapnya begitu, Yoga sempat merasa kasihan.Perlukah dia sebegitu takut pada dirinya?Yoga menghela napas.Sudahlah, dirinya pun malas bicara banyak.Dia pun berjalan menuruni tanga.Kelly buru-buru menyusul di belakang.Begitu melihat Yoga turun, Bibi Minah segera menuangkan semangkuk sup untuknya.Yoga berjalan ke kursi utama dan duduk, sementara Kelly pun duduk di tempatnya sendiri.Lalu menunduk dan menyesap sup pelan-pelan.Setelah Bibi Minah keluar, hanya tersisa mereka berd

Tetty tidak menyangka Kelly berani mengancamnya.Hal semacam itu benar-benar tabu bagi Tetty.Dulu, saat suaminya meninggal, Tetty bersikeras tidak membiarkannya menghembuskan napas terakhir di rumah.Dia memaksa membawanya ke balai leluhur dan di sanalah suaminya menghembuskan napas terakhir.Jika Kelly benar-benar membawa si pendek pulang ke desa dan menaruhnya di depan pintu rumah, bukankah itu akan menjadi aib besar baginya?Tetty marah setengah mati.Dia hampir saja memaki Kelly habis-habisan.Namun, mengingat tujuannya belum tercapai, dia masih menahan diri.Dia berkata, “Nenek meneleponmu hari ini bukan hanya soal uang. Kalau sudah punya uangnya nanti, kamu bisa tinggal kembalikan ke ommu saja.”Bagaimanapun, dia tetap ingin Kelly yang menanggung biaya enam puluh juta ini.“Kebetulan ada mak comblang yang datang, membicarakan perjodohanmu.”“Keluarga Foren dari desa sebelah yang punya pabrik batu bara, anaknya satu sekolah saat SMP denganmu.”“Namanya Johan Foren.”“Masih ingat?

Kelly bertanya, “Kenapa pengeluaranmu begitu besar akhir-akhir ini?”Joel terdiam sebentar dan menjawab, “Bulan depan aku mau kerja paruh waktu saat liburan sekolah, jadi kamu nggak perlu kasih aku uang bulanan lagi.”Memang bulan ini dia sudah terlalu sering minta uang.Tidak heran kakaknya menanyakannya.Mendengar jawabannya, Kelly malah agak kesal.Bulan september nanti, adiknya sudah naik kelas tiga SMA.Mana mungkin punya waktu untuk kerja?Lagipula, itu jelas jawaban untuk menghindar.Kelly berkata, “Aku bukan mau mengatur cara kamu memakai uang, aku hanya bertanya apa yang sebenarnya kamu sembunyikan dariku?”Joel hanya menjawab, “Nggak ada, hanya traktir makan saja.”Kelly tidak percaya. Sejak kecil adiknya terbiasa hidup hemat, sekalipun mentraktir teman pun pasti secukupnya, tidak mungkin sampai seboros itu.Pasti ada sesuatu yang disembunyikan.Keluarga mereka tidak sanggup lagi menghadapi masalah apapun.Jika benar adiknya ada masalah, yang paling tidak kuat menghadapinya