All Chapters of Tergoda Hasrat Ayah Mantanku: Chapter 51 - Chapter 60

Sinar matahari pagi mulai menembus tirai tipis, memberikan cahaya lembut pada wajah Klara.Bulu matanya bergetar, kelopak matanya bergerak pelan. Adrian langsung terperanjat.Ia langsung tegak dan jantungnya berdegup kencang seolah ikut berebut bangun bersamaan dengan wanita itu.Lalu suara lirih itu terdengar. “Adrian …?”Nama itu keluar begitu rapuh bahkan nyaris seperti bisikan. Namun cukup untuk membuat dada Adrian terasa diremukkan sekaligus dibebaskan. Ia mendekat dengan cepat dan tersenyum tipis.“Ya, Klara, aku di sini.” Suaranya berat, sarat dengan emosi yang ditahan terlalu lama.Klara mengedip beberapa kali, matanya berusaha menyesuaikan dengan cahaya.Begitu tatapannya jatuh pada sosok Adrian yang duduk di sampingnya, air matanya langsung pecah. Tanpa bisa menahan, tubuhnya bergerak lemah, mencari pelukan.Adrian buru-buru berdiri dan menunduk untuk merengkuh tubuh Klara hati-hati ke d

Kamar rawat itu masih dipenuhi aroma antiseptik yang menusuk hidung. Klara duduk di ranjang dengan bantal menyangga punggungnya. Luka di kepalanya masih diperban dan wajahnya masih pucat. Sesekali tangannya meraba perban itu, seolah ingin memastikan dirinya masih nyata dan selamat dari malam mengerikan bersama Patryk.Adrian baru saja keluar sebentar hendak menerima panggilan penting di perusahaan. Alex yang biasanya suka mencibir juga tengah sibuk di luar. Hanya Klara yang sendiri di dalam kamar tengah menikmati keheningan yang jarang datang.Tiba-tiba pintu berderit pelan. Klara menoleh dan matanya sempat berbinar berharap Adrian kembali lebih cepat. Tapi langkah sepatu hak yang menjejak lantai menepis harapan itu.Claudia.Wanita itu melangkah masuk dengan gaun elegan yang terlalu mencolok untuk suasana rumah sakit. Wajahnya cantik, tapi senyumnya menusuk. Sepasang mata tajamnya langsung mengunci pada Klara."Claudi

Klara sudah diperbolehkan pulang setelah beberapa hari dirawat di rumah sakit.Meski tubuhnya belum sepenuhnya pulih, ada semacam cahaya lega di wajahnya karena hari ini akhirnya ia diperbolehkan pulang.Di sampingnya, Sofia sibuk menggendong tas bawaan, sementara Axel menenteng dokumen dan Adrian berjalan tepat di sisinya, seolah tidak sudi memberikan jarak sejengkal pun.“Pelan-pelan saja,” ucap Adrian dengan suara dalam dan penuh tekanan lembut. “Kalau merasa pusing, langsung bilang.”“Aku baik-baik saja,” sahut Klara, meski genggaman tangannya di lengan Adrian mengisyaratkan bahwa tubuhnya masih rapuh.Begitu sampai di parkiran, Adrian sendiri yang membukakan pintu mobil dan memastikan Klara duduk dengan nyaman.Axel hanya mengangkat alisnya, tidak habis pikir betapa detail perhatian pria itu. Sofia, di sisi lain, hanya bisa melirik sambil senyum-senyum, seakan menahan komentar yang hendak meluncur.Perjalanan pulang tidak banyak diisi percakapan. Klara lebih banyak terdiam, dan m

Waktu sudah menunjuk angka sebelas malam.Malam itu, apartemen Klara diliputi keheningan. Hanya suara detik jam yang terdengar samar di dinding. Keduanya masih terjaga di dalam kamar dengan saling memeluk. Tirai jendela setengah tertutup, menyisakan cahaya lampu kota yang menyelinap masuk dan menerangi ranjang tempat dua insan itu berbaring berdampingan.Klara menutup matanya, tubuhnya setengah menyandar di dada Adrian. Jari-jari pria itu bergerak lembut mengusap pucuk kepalanya dengan ritme yang menenangkan, seperti ayunan sebuah lagu nina bobo.“Rasanya seperti sedang ditimang ayah sendiri,” gumam Klara lirih, nyaris seperti bicara pada dirinya sendiri."Terakhir kali aku merasakan pelukan pria yang benar-benar menyayangiku ... cukup lama," lanjutnya kemudian, sambil tersenyum tipis. Adrian mendengus pelan lalu menatap wajah Klara yang mulai terpejam. “Ayahmu seumuran denganku, begitu?”Klara membuka sebelah matanya, lalu mengangguk santai. “Hanya beda dua tahun. Ayahku sudah empa

Besok paginya. Kedua orang tua Adrian menemui Adrian ke kantornya.Suasana ruang kerja Adrian mendadak terasa lebih dingin daripada biasanya ketika Richard dan Helena masuk tanpa permisi.Aura tegang langsung menyelimuti seisi ruangan. Adrian yang sedang berdiri di depan jendela, menatap keluar gedung tinggi yang sibuk, berbalik perlahan.Tatapannya tajam, nyaris seperti mata singa yang siap menerkam siapa pun yang berani menyinggung hal yang tak dia sukai."Adrian," suara Richard terdengar berat, penuh amarah yang ditahan. "Kau tahu apa yang dikatakan Patryk di kantor polisi tadi?"Adrian menaikkan alisnya dengan ekspresi datar. "Apa lagi kebohongan yang dia buat kali ini?"Helena maju selangkah dengan raut wajahnya penuh dengan keresahan. "Dia bilang kalau Klara sudah dia hamili. Bahkan Klara sendiri yang memintanya untuk datang ke apartemennya karena tahu kau tidak ada di sana.”Mata Adrian langsung menyipit dan rahangnya menegang seketika. "Omong kosong!" sergahnya dengan lantang.