Pagi itu apartemen kecil terasa jauh lebih hidup daripada hari pertama. Keinarra bangun lebih awal, menyiapkan roti panggang, telur mata sapi, dan kopi untuk Reyhan. Aroma kopi memenuhi ruangan, bercampur dengan wangi sabun mandi yang masih menempel di tubuh Reyhan.Reyhan muncul dengan seragamnya lagi—kemeja putih dan celana biru tua. Rambutnya rapi, tapi wajahnya tampak sangat serius.Keinarra langsung tertawa.“Mas… kamu kelihatan kayak mau presentasi di hadapan lima puluh negara.”Reyhan merapikan nametagnya (lagi).“Aku cuma enggak mau terlihat seperti amatir.”“Mas, itu kantor yayasan… bukan lembaga internasional.”Reyhan mendelik kecil.“Profesionalisme itu dibawa dari rumah.”Keinarra mencubit pipinya.“Mas masih imut.”Reyhan memejamkan mata, pasrah.“Aku menyerah.”08.00 – Kantor Yayasan, Hari KeduaBegitu Reyhan masuk ke ruangan, lima staf langsung melihatnya.Seolah ia membawa sinar matahari ke kantor.“Selamat pagi, Reyhan,” sapa Bu Rini ceria — terlalu ce
Last Updated : 2025-12-01 Read more