Malam itu, suasana di rumah Alexa terasa berbeda. Sejak insiden kecil di koridor tadi sore, ada jarak yang tidak kasatmata antara dirinya dan Alvaro. Mereka makan malam bersama, tapi obrolan terasa kaku, hanya sebatas komentar singkat tentang makanan dan pekerjaan. Alexa menatap piringnya, memutar garpu tanpa benar-benar makan. Sementara Alvaro lebih banyak diam, sesekali meliriknya. Akhirnya, Alexa meletakkan garpu dengan suara beradu yang cukup nyaring. “Kau marah padaku?” tanyanya lirih. Alvaro mendongak. “Aku tidak marah. Aku hanya… khawatir.” “Khawatir tentang apa?” Alexa menahan napas. “Rendy.” Suara Alvaro datar. “Aku melihat cara dia menatapmu. Dan aku juga melihat kau tidak benar-benar bisa mengabaikannya.” Alexa terhenyak. Dadanya terasa sesak. “Kau salah. Aku tidak ingin dia kembali dalam hidupku.” “Tapi matamu mengatakan hal lain, Lex,” jawab Alvaro pelan. Air mata menggenang di mata Alexa. Ia benci karena kata-kata Alvaro menyinggung luka yang paling rapuh
Terakhir Diperbarui : 2025-09-09 Baca selengkapnya