Ketenangan setelah konfrontasi dengan Tristan terasa seperti hadiah yang rapuh. Kami menikmatinya hati-hati, seolah takut bernapas terlalu keras dan membuatnya pecah. Makan malam keluarga kembali terasa ringan—tanpa intrik, tanpa pembicaraan konspirasi. Weekend bisa diisi dengan piknik kecil, bukan rapat keamanan. Bahkan Siska, yang dulu selalu cemas, kini bisa menimang bayi Sari dengan senyum lega.Diana pun sudah menjadi bagian nyata dari hidup kami. Surya dengan bangga menyebutnya “Tante Diana,” dan dia menghabiskan akhir pekan di rumah, ikut tertawa dalam kebersamaan yang dulu hanya bisa kami bayangkan. Bahkan Tristan, meski tidak benar-benar berdamai, setidaknya berhenti menyerang. Untuk kami, itu sudah cukup.Namun, ketenangan itu seperti permukaan danau tenang. Dari luar tampak damai, tapi di bawahnya arus tetap berputar.Semua dimulai dengan sebuah telepon dari Bu Rina, guru Surya di preschool.“Maaf mengganggu, Bu Alexa,” suaranya terdengar gugup. “Tadi ada seorang pria yang
Last Updated : 2025-09-24 Read more