Semua Bab Membagi Jatah Untuk Ipar dan Mertua: Bab 171 - Bab 180

Melihat Mamon lunglai, yang agaknya tadi di dekap dengan sapu tangan yang di olesi obat bius, emosi Armani melonjak.Tanpa banyak basa-basi dia langsung lancarkan tendangan keras dan orang ini terjengkang ke lantai dan tak bergerak lagi, alias pingsan. Mamon pun terlepas dari pegangan.Saat itu rekannya sedang menarik sesuatu dari pinggangnya, tapi Armani bergerak lebih cepat.Buuukkk…aughhh!Pukulan lurus Armani menghantam wajah orang ini, walaupun tinggal di London, dia tetap berlatih ilmu beladiri, sehingga gerakannya tetap gesit dan pukulannya juga sangat keras.Orang ini ikut terkapar di ubin lobby apartemen mewah ini, terlihat satu pistol terlepas dari tangannya.Armani tarik krah orang ini. “Siapa yang menyuruh kalian menculik keponakanku,” bentak Armani.“Tu-tuan S-Sanusi..d-dan m-madam R-Rahmi,” orang ini pun lalu pingsan dengan hidung patah dan muka berdarah-darah.Tak lama datang 4 orang sekuriti apartemen dan meringkus kedua peculik ini.“Bawa mereka ke kantor polisi, merek

“Mimpi indah sayang…!” bisik Armani sambil selimuti tubuh indah Rahma, yang kini tidur di sisi Mamon, setelah kembali rapi berpakain tidur.“Kamu mau kemana..?” Rahma pegang lengan kokoh Armani, saat melihat sang kekasih akan menjauh dari tubuhnya.Setelah tadi bercinta, Armani gendong tubuh kekasihnya dan membawa ke kamar ini, lalu meletakannya di sisi Mamon yang masih nyenyak tidur.Tanpa sadar sang mami dan si Om-nya baru saja lepas kangen dan bercinta di kamar sebelah.“Aku tak kemana-mana!” Armani lalu tunjuk sofa yang ada di ruangan ini dan Rahma tersenyum manis sekali sambil mengangguk, lalu tunjuk bibirnya agar sang pujaan hati melumat miliknya sebelum bobo.Hati Armani bahagia bukan main, melihat Rahma dan kini sudah terbang ke alam mimpi bersama Mamon, dia seolah melihat ‘bidadarinya’ tidur dengan anak semata wayang mereka, Mamon. Armani pun terlelap di sofa dengan dengkur halus, setelah berlayar bersama Rahma. Sehingga saat Gracia tiba, adiknya ini senyum kecil melihat ket

“Serahkan padaku, aku akan segera temui Rahma, sepulang nanti dia dari luar negeri, kita tak punya jalan lain lagi,” sahut Robert, yang sejatinya tinggal setahunan lagi pensiun.Ambar dan Loli serempak mengangguk. Mereka percaya, Robert Ginting yang kenyang pengalaman, pasti punya cari jitu sehatkan kembali Razak Corporation yang terancam kolaps ini.Apalagi Rahma pernah pegang posisi sebagai Dirut Keuangan di perusahaan ini.Bahkan saudara kembarnya si Rahmi lebih gila lagi, pernah berlakon sebagai Rahma dan jadi CEO, atas suruhan Sanusi pastinya. Robert pun sabar menunggu kedatangan Rahma, yang masih liburan ke London bersama Mamon, tanpa tahu hampir saja Mamon di culik.Kembali ke London…“Bang…oii bangun…oaaaalah kamu mimpi apa sih. Awas kedengaran ka Rahma malu-maluin tahu,” suara Gracia terdengar perlahan di dekat kupingnya, membangunkan Armani yang tidur di sofa ruangan tengah apartemen mewah ini.“Hahhh…a-aku mimpi…anu..anu!” Armani tergagap dan kontan bangkit dari tidurnya, t

Armani menatap rumahnya yang besar dan mewah, yang baru saja di belinya lebih dari 150 miliar rupiah.Di garasinya berjejer 10 buah mobil, mulai SUV, MPV hingga sedan dan mobil sport, harganya tak ada yang di bawah 3 miliaran dan 3 moge yang harganya juga tak ada yang murah. Ini bukan untuk gaya-gayaan sebagai orang kaya baru alias OKB…Armani pikir, dengan kekayaannya yang makin hari makin meningkat, hidup ini kudu di nikmatin, bukan di simpan-simpan mulu duitnya.Bahkan kini Razak Corporation menjadi salah satu klien kakap perusahaan investasi miliknya, yang kini berkantor di sebuah gedung mewah di Jakarta dengan nama Armani Investment.Tapi Armani tetap jalin kerjasama dengan perusahaan investasi di Inggris, di mana dia juga miliki saham hingga 35 persen, kolaborasi besar ini membuat perusahaan miliknya makin berkembang dan dia sudah miliki puluhan karyawan, yang rata - rata anak muda.Dari 50 anak perusahaan Razak Corporation, 40 anak usaha sudah digabungkan menjadi hanya 10 kelomp

“Iya tante, aku Armani!” Armani langsung salam dan cium tangan istri Om Yayan ini.“Hmm…masuklah Armani, kamu tentu sudah tahu bukan apa yang terjadi dengan keluarga kami,” kata si Tante Oya lagi, ibunya Astrid ini, sambil persilahkan Armani duduk di sofa.“Iya tante, aku turut prihatin,” sahut Armani perlahan, sekaligus iba melihat penampilan ibunya Astrid yang lesu begini, benar-benar beda jauh dengan dulu. “Astrid masih di luar…nah itu bunyi motornya, dia sudah datang, panjang usia, baru di sebut muncul orangnya,” sahut Tante Oya.“Bu ada tamu yaa, ku lihat ada mobil di halaman…eh..k-kamu Bang?” Astrid kaget melihat siapa tamunya, Armani sebaliknya kaget juga, Astrid yang dulu maish abege dan imut, kini terlihat makin dewasa dan…sepertinya ada beban, wajah cantiknya terlihat kecapekan.Kalau dulu Armani tak begitu nggeh, karena Asrid ke kanak-kanakan, tapi Astrid sekarang jauh berbeda, sikapnya dan gayanya lebih dewasa, tapi penampilannya…sederhana!Seakan tahu ini porsinya anak m