All Chapters of Klinik Pemuncak Gairah Pria: Chapter 71 - Chapter 80

“Kita sudah berjuang sejauh ini, dan kamu mau kita berpisah?” tanya Indra.Salsa mengangguk lemah. “Kamu akan terus mendapatkan masalah kalau bersamaku.”“Terus, bagaimana denganmu?” tanya Indra lagi.Salsa menghela nafas berat sambil menegakkan kembali badannya. Sebenarnya, dia tidak menginginkan berpisah dari Indra, karena meskipun Indra dikelilingi oleh wanita, selama ini Indra sangat perhatian. Dan dari Indra, Salsa mendapatkan perhatian yang tidak dia dapatkan selama ini. Baik dari keluarganya maupun mantan suaminya.Tapi, bukankah cinta harus berkorban? Itulah yang menjadi prinsip dasar Salsa. Berpisah dengan Indra meskipun berat itu adalah bentuk pengorbanan dirinya.Dia tidak ingin membuat Indra terluka dan menderita. Dan pergi adalah keputusan yang terbaik, itu menurut Salsa.“Aku akan pergi jauh,” jawab Salsa kemudian.“Ke pulau terpencil?” tanya Indra dengan nada bercanda.“Maunya, tapi aku gak tahu dimana letak pulau terpencil itu.”“Kalau kamu pergi, bagaimana denganku, R

"Horee, kita liburan!" teriak Rina antusias.Indra hanya menggeleng, Rina benar-benar polos. Apa yang dia lakukan selalu terlihat ceria. Dia menyimpan kesedihan dan masalahnya sendiri, menutupnya dengan tawa.Indra mengetuk pintu kamar Salsa."Salsa, aku boleh masuk?" tanya Indra masih berdiri di depan pintu."Kamu mau apa?""Mau konsul.""Besok aja. Aku capek.""Besok pagi kita mau pergi loh. Aku sudah pesan travel nya."Ceklek!Akhirnya Salsa membuka pintu, dia masih merengut. Indra masuk nyelonong meskipun tidak di persilakan. "Aku hanya main-main. Aku gak serius. Kan aku sudah bilang kalau aku menganggap Rina itu adik, dia pun sama menganggap aku kakaknya."Indra langsung menjelaskan tanpa diminta. Padahal, mereka tidak pernah mengikrarkan status hubungan mereka."Aku tidak mengerti apa maksudmu?" Indra menatap Salsa lekat. "Kamu mengerti, hanya saja pura-pura tidak mengerti.""Aku benar-benar gak ngerti. Sudahlah kalau gak ada yang penting kamu keluar saja, aku mau istirahat,"

"Ini Salsa, Bu."Indra dengan segera mengenalkan Salsa kepada ibunya. Bu Nisa, ibunya Indra, mengernyit. "Istri kamu?""Calon," jawab Indra tersenyum.Sementara Salsa, wajahnya memerah karena malu."Terus Bella?" tanya Bu Nisa.Beliau masih sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada anaknya.Indra memang belum menceritakan kalau dia dan Bella sudah bercerai. Bahkan keluarga Indra belum mengenal Bella. Karena saat menikah, keluarga Indra tidak ada yang datang, sedang sibuk panen. Dan Bella belum pernah siap diajak ke desa.Jadinya sampai cerai pun keluarga Indra tidak ada yang mengenal Bella, hanya melihat dari fotonya saja."Kami sudah bercerai," jawab Indra."Kok cerai?""Bella memilih orang lain, Bu.""Astaga, kok bisa?" tanya Bu Nisa."Bu, apa kita gak diajak masuk dulu?" tanya Indra."Ya ampun. Maaf, Ibu syok dengar cerita kamu. Ayo... Ayo, semuanya masuk," ajak Bu Nisa.Indra hanya menggeleng melihat ibunya."Ini Salsa, Ini Lita dan yang paling kurus dan kurang gizi ini naman

"Kami hanya pembantu, Bu."Bu Nisa tertawa. "Kamu ini merendah aja jawabannya dari tadi."Lita tersenyum. "Iya benar, Bu. Kami karyawan di klinik Dokter Salsa. Rina itu admin yang mencatat pasien, sedangkan aku asisten yang membantunya termasuk juga bagian masak dan bersih-bersih."Bu Nisa mengangguk. "Gapapa, yang penting halal. Salsa juga kelihatannya jadi bos juga baik.""Baik banget, Bu.""Entah darimana Indra bisa kenal Salsa. Bisa-bisanya pengangguran gitu dapat seorang dokter. Mana sudah duda lagi," ujar Bu Nisa mengingat anak lelakinya itu."Mereka kenal di klinik, Bu. Saat Indra berobat," jawab Lita.Bu Nisa tentu terkejut bukan main mendengar anaknya pernah sakit. Soalnya Indra tidak pernah cerita kalau dia sakit."Indra sakit apa?" Lita tampak tergagap, merasa salah bicara. Tapi, Lita segera tersenyum. "Hanya sakit biasa, Bu. Batuk dan demam aja.""Owalah. Ternyata masih seperti dulu. Kalau hujan selalu sering terserang batuk dan demam," ucap Bu Nisa.Lita mengangguk. "Ind

"Apa?" tanya Salsa gugup."Bercanda kak, kok malah gugup," kekeh Vika.Rina dan Lita saling pandang."Vika, jangan sembarangan bicara. Kamu membuat Kak Salsa tidak nyaman," ujar Bu Nisa mengingatkan anak gadisnya itu."Maaf, kak."Salsa hanya mengangguk dan tersenyum. "Iya, gapapa."Pletak! Bu Nisa menggeplak kepala Vika. "Kek tahu aja orang malam pertama seperti apa.""Ampun, Bu.""Jangan buat Kak Salsa gak nyaman karena kamu.""Iya, Bu. Iya."Suasana sarapan pagi di rumah Indra begitu meriah. Vika sudah mengenakan seragam untuk pergi ke sekolah."Biar Mas antar kamu sekolah," tawar Indra yang baru saja bergabung dan menarik pipi Vika dengan kedua tangannya."Sakit, Mas!" kesal Vika.Indra mengambil satu potong bakwan dan memasukkan ke mulutnya."Aku bawa motor, Mas. Gak perlu diantar kok," ujar Vika."Ya gak usah bawa motor hari ini, kan aku yang antar.""Ngapain sih.""Kenapa malu ya diantar Mas? Atau takut ada cowok yang cemburu?" goda Indra."Gak lah."Suasana makan penuh tawa,