Biya pikir malam itu, mereka akan belajar lagi. Tapi, yang terjadi justru Bagas mengantarkannya pulang ke rumah. Bahkan, selama di perjalanan tidak ada kata, musik atau apapun, hanya desruan mesin dan nafas keduanya.“Mas,”“Diam, Biya.”Telak sudah, Biya tidak berani berbicara lagi. Padahal niatnya untuk mencairkan suasana, tapi sepertinya si pria sedang tidak mood berbicara. Begitu sampai di depan rumah Biya, Bagas mengatakan sesuatu yang membuatnya membeku.“Setelah ini, kita tidak perlu bertemu lagi. Anggap saja kamu sudah lulus mengenai ciuman. Saya anggap kamu sudah menjadi murid yang pintar.”“Ta-tapi, Mas,”“Jangan mencintai saya, Abiya Ardhanaya.”Si gadis ingin membantah, ingin menangis, ingin memohon, tapi suara dan tenaganya seakan terkunci. Mobil berhenti di depan rumahnya, dan Bagas turun tanpa menoleh, membuka pintu untuk Biya.Biya menelan ludah, menatap pria itu dari kursi penumpang. “Mas,” suaranya nyaris tak terdengar, penuh harap yang sia-sia.“Masuk, Biya. Jangan
Last Updated : 2025-09-09 Read more