Bagas menoleh cepat, tatapannya menusuk tajam, membuat Biya spontan terdiam. Ada api yang sekilas berkobar di mata pria itu, tapi suaranya tetap terjaga tenang, meski bergetar di dasar.“Biya,” ia memanggil pelan, “kalau masalah itu, saya sama sekali tidak peduli.”Biya tertegun, menatapnya tanpa berkedip.“Bangkrut atau tidak, keluarga kamu kaya atau jatuh miskin, bukan itu yang jadi alasan saya menahan diri.” Bagas menarik napas panjang, menunduk sebentar sebelum kembali menatapnya. “Kalau cuma soal harta, saya bisa atasi. Tapi, yang saya takutkan justru diri saya sendiri.” suaranya merendah, nyaris seperti bisikan.Keheningan kembali menyelimuti. Jantung Biya berdentum kencang, seakan menunggu jawaban yang lebih jelas, tapi pria itu hanya menahan tatapannya dalam-dalam, seolah ada jurang dalam yang tak bisa ia sebrangi.“Sebenernya ada apa sih, Mas? Aku tuh capek sama semuanya. Perusahaan Abang hampir bangkrut dan hancur gara-gara orang dari masa lalu yang balas dendam. Trus, aku j
Last Updated : 2025-09-25 Read more