Arsen terdiam, tapi tubuhnya menegang hebat saat genggaman Bagas menekan bahunya. Urat-urat di pelipisnya menonjol, rahangnya mengeras. Ada bara yang siap meledak, tapi ia masih berusaha menahannya.“Beraninya,” desis Arsen lirih, namun penuh racun. Tatapannya menusuk balik ke arah Bagas, seakan ingin menelan pria itu hidup-hidup. “Kalau sampai Biya terluka, walau hanya setetes air matanya jatuh karena kamu, saya sendiri yang akan menghabisimu.”Bagas tidak mundur, malah menatap lebih dalam. Jemarinya perlahan melepaskan bahu Arsen, tapi sebelum benar-benar menjauh, ia menepuknya keras sekali seperti tanda tantangan.“Bukan kamu yang menentukan apa dan siapa yang menyakiti Biya. Dia berhak memilih jalannya sendiri. Dan jika jalan itu mengarah pada saya,” Bagas berhenti sejenak, menahan napas, suaranya semakin berat, “maka tidak ada satu pun yang bisa menghentikan saya.”Arsen menggeram, suaranya hampir pecah karena amarah yang menumpuk.“Bagaswara,” desis Arsen yang sekuat tenaga mena
Last Updated : 2025-10-04 Read more