All Chapters of Tunangan Kontrak Sang CEO: Chapter 121 - Chapter 130

Ruang kecil di ujung koridor itu biasanya dipakai untuk rapat mingguan para konsultan. Pagi ini, meja ovalnya berubah fungsi jadi panggung penggeledahan. Polisi siber datang dengan surat perintah, petugas keamanan gedung mengantar mereka menuju hub Seraphine—ruang kerja yang selama ini disebut “satellite office” dan menyimpan lebih banyak kabel daripada kursi. Prosedurnya rapi: kamera badan menyala, chain of custody ditempelkan di setiap barang yang diambil, dan daftar penyitaan dibuat dua rangkap. Di rak besi, kotak-kotak arsip bertuliskan singkatan proyek berderet seperti kamus.Di laci kedua, petugas menarik map bening yang menampung kuitansi—sebagian untuk pembelian tripod mini, signal booster, nano-case, dan antenna clamp yang persis seperti yang difoto tim internal di plafon ruang arsip Mahendra. Atas nama pembeli: “Seraphine Technical Procurement”. Di sampingnya terdapat rekap penggunaan virtual card: serangkaian transaksi kecil pada tengah malam, tanggalnya pas deng

Pagi itu war room berubah menjadi studio penjahit yang sesungguhnya. Meja besar dilapisi kertas kraft, binder disusun empat tingkat. Naya memimpin seperti master tailor yang berdiri di atas pola gaun: penggaris di tangan, jarum penanda di bibir. “Tujuan paket ini sederhana,” katanya pada tim, “kita menguji hipotesis di hadapan regulator. Kita bukan pengadilan televisi.”Ia membagi paket menjadi empat binder: A. Fisik, B. Digital, C. Finansial, D. Suara. Binder A memuat foto DIR‑BOARD‑02, booster plafon, tripod yang ditemukan, delivery note bengkel 3D Bagas dengan catatan “uji access reader” dan singkatan DIR‑BD‑02. Binder B berisi snapshot HPC, garis waktu 42 detik dari MDM → VPN → HPC, serta relay Aurelia yang menjadi jembatan. Binder C menyimpan rekap virtual card Seraphine, wire ke Kenan, dan bundel polis ‘burn event’ yang mencurigakan dengan istilah pihak ketiga. Binder D menampung rekaman audio: frasa kunci “midnight dump”, “proxy”, “42 detik”, dan “serahkan pada Kenan

Tekanan jarang berbunyi keras; ia merayap lewat kalimat yang terlalu manis atau titik yang terlalu panjang di akhir pesan. Sejak pagi, Luki mondar-mandir di lantai keuangan. Ia tidak membentak, hanya menyusupkan perintah dalam bahasa efisien: “Voucher kecil itu… buang saja. Ini overhead. Jangan masukkan sistem.” Staf muda mengangguk, namun pada malam hari ia menatap layar lebih lama daripada biasanya. Baris angka yang biasanya jinak terlihat seperti semut yang membentuk huruf SOS.Sekitar pukul sembilan malam, Naya menerima pesan anonim: “Saya butuh bicara. Soal voucher.” Mereka bertemu di basement parkir—cukup terang untuk aman, cukup sepi agar tidak mengundang tatapan. Seorang perempuan mengenakan kartu nama Finance Associate membawa amplop cokelat. “Saya diminta menghapus beberapa voucher dan nota,” katanya pelan. “Alasannya: biaya kecil. Tapi nomor-nomornya pas dengan yang kemarin dicari orang-orang Seraphine.” Tangannya gemetar ketika membuka amplop: di dalamnya ada pr

Izin diperoleh lebih cepat dari yang mereka perkirakan; penyidik memahami nilai sinkronisasi. Pagi itu juga, tape LTO lama yang menyimpan arsip CCTV kantor dibawa ke lab forensik video. Prosesnya pelan seperti doa: tape dimasukkan, hash dihitung, playback dilakukan pada perangkat yang tidak terhubung jaringan. Operator menavigasi ke tanggal yang sama; layar menampilkan koridor yang sama, pot tanaman yang sama, tanda arah yang sama. 01:57. Figur berjaket gelap masuk frame. Tidak jernih, tetapi patch di lengan—lingkaran dengan E/P—terlihat pada dua bingkai ketika cahaya lampu memantul dari kaca.“Sudut kamera cocok,” kata operator. “Jam cocok hingga level detik—drift wajar.” Ia menggeser video beberapa saat: di 02:00, pintu ruang rapat tertutup rapat; satu menit kemudian, tingkat cahaya di lorong berubah setipis napas—noise floor beranjak dari 13 ke 16. Inez menandai fenomena itu: “Kemungkinan booster aktif, mengubah pola noise.” Catatan distempel. Potongan dari file anonim l

Pagi berikutnya dimulai dengan dua layar berdampingan di war room. Kiri menampilkan thread serangan karakter yang masih bertengger di jajaran teratas trending. Kanan menampilkan dokumen publik dan endorsement yang telah disusun Sinta semalam, lengkap dengan tautan yang bisa diunduh dan diperiksa siapa pun. “Kita tidak membela manusia,” kata Sinta, “kita membela rekam jejaknya.” Kalimat itu membingkai seluruh langkah hari ini.Paket kontra-narasi disusun dalam tiga lapis. Lapis satu—Fakta dasar: tautan ke putusan pengadilan yang mencantumkan ayah Naya sebagai korban penipuan dalam perkara bisnis lama, surat pelunasan utang yang dicap lunas bertahun-tahun lalu, serta klarifikasi regulator yang pernah terbit bahwa tidak ada sanksi berjalan pada pihak keluarga saat ini. Lapis dua—Kinerja saat ini: dashboard CSR yang menunjukkan penurunan 18% kecelakaan ringan di pabrik yang mengikuti kampanye keselamatan, kenaikan 24% kelulusan program vokasi mitra, serta peningkatan kunjungan