Galuh pulang siang itu dengan wajah sumringah, berbeda dari biasanya. Namun senyum itu bukan ditujukan untuk Ratri. Di sampingnya berjalan seorang wanita muda, cantik, berpenampilan anggun. Mereka terlihat akrab, sesekali tertawa bersama, membuat dada Ratri terasa sesak.“Ratri, siapkan makanan untuk tamu,” perintah Galuh dingin, seolah Ratri hanyalah pembantu rumah tangga.Dengan tubuh lemah, Ratri masuk ke dapur, menyiapkan hidangan seadanya. Tangannya bergetar ketika menata meja makan, matanya berulang kali melirik ke arah wanita asing yang begitu nyaman duduk di ruang tamu, sambil sesekali memegang lengan Galuh.Tak cukup sampai di situ, Galuh memanggilnya lagi. “Rat, pijat kakiku. Aku capek.”Ratri menunduk, hatinya hancur. Ia hanya bisa menuruti, meski setiap sentuhan membuat air matanya hampir jatuh. Wanita itu tersenyum tipis, seolah menikmati penderitaan yang dipertontonkan di depan matanya.Beberapa jam kemudian, wanita itu pamit pulang. Ratri mengantar sampai pintu, tapi ha
Last Updated : 2025-09-24 Read more