All Chapters of Pak Dosen Jangan Nakal, Ah!: Chapter 131 - Chapter 140

“Ada apa?!” ucap Reno lalu berenang ke pinggir.Tampak orang itu khawatir melihat Reno berjalan mendekat. Ia pun langsung menunduk.“Tuan Leo kecelakaan,” ucapnya gugup.“Apa!” Reno pun berlari ke dalam rumah.Reno bergegas berganti pakaian. Yasmine melihat sang suami panik ia bingung.“Kamu kenapa, Kak?” tanya Yasmine sambil mengikuti Reno.“Leo kecelakaan.” Reno mengganti pakaiannya.“Kok bisa! Ranti gimana?” tanya Yasmine yang tangannya bergetar.“Aku belum tahu keadaan mereka. Kamu di rumah, ya. Jangan ke mana-mana! Aku akan kabarin kamu, apa pun yang terjadi.” Reno mencium kening Yasmine sebelum pergi.Yasmine hanya berdiri di depan jendela kaca melihat kepergian Reno. Apalagi ini? Musibah datangnya tidak tepat. Sebentar lagi hari bahagia Yasmine.“Aku coba telepon Ranti.” Yasmine mencari ponselnya lalu menghubungi Ranti.Yasmine duduk di atas ranjang sambil melipat kedua kakinya. Matanya memantau layar ponsel bertuliskan berdering.“Kenapa telepon nggak diangkat.” Yasmine makin

“Uangku mana cukup, aku sudah beli satu set perhiasan untuk Yasmine. Aku ingin nanti main ke rumahnya, terakhir minta dimasakin mi instan.” Ranti terharu. “Kenapa kamu baru sekarang, kaya nggak ketemu besok. Aneh kamu.” Leo masih fokus. “Perhiasan apa yang kamu beli untuk Yasmine? Nanti aku ganti.” Leo memang perhatian. “Harga adalah, nggak usah diganti, aku kemarin pilih buatan Frank & rekan, mereka juga meluncurkan perhiasan mewah, yang kali ini berupa serangkaian koleksi perhiasan berlian wanita berdetil aksen rusa yang memiliki desain sederhana, klasik, elegan, dan abadi, dengan aksen yang sangat berbeda mengambil bagian dari rusa yang merupakan logo dari Frank & co lalu pada bagian rangkanya. Koleksi ini menggunakan berlian Frank Fire sebagai material utama memberikan sentuhan yang berbeda Kak. Koleksi ini memiliki nama “Carisse” yang memiliki arti anggun, sesuai dengan konsep awal desain yang mengusung aksen rusa sebagai logo dari Frank & co. Dapat diketahui bahwa rusa juga m

Venya celingukan mau masuk ragu. Namun, pesanan ini harus sampai di tangan Yasmine.Puk …“A!” Spontan Venya berteriak saat ada seseorang memegang pundaknya.“Hei kamu kenapa?!” tanya Bik Minah.“Aduh, Bik! Aku kaget, aku kira hantu.” Venya masih menyentuh dadanya yang berdetak cepat.“Maaf, Bibik kira tadi kenapa, makanya Bibik samperin.” Bik Minah melihat paper bag besar di tangan Venya.“Bik, titip ini ya!” pinta Venya merasa tidak pantas masuk ke rumah orang kaya di desanya.“Tadi kata Tuan Reno apa?” tanya Bik Minah takut salah.“Suruh ke atas.” Venya terlihat jujur.“Ya udah, sana naik. Non Yasmine di kamar deh.” Bik Minah akan pergi.“Bik, tolong anter aku ke sana. Aku nggak berani,” mohon Venya sambil meraih tangan Bik Minah.“Ya sudah, ayo.” Bik Minah menuntun Venya masuk ke dalam.Walaupun rumah lawas Venya kagum, di dalam interior banyak yang diubah minimalis. Sampai di lantai dua Venya mengetuk pintu.Tok … tok …Hening tidak ada sahutan membuat Bik Minah khawatir. Venya t

“Kita buat usaha dulu, lalu nanti sudah sukses kita cari suami kaya!” seru Yasmine. “Hei!” Reno mendengar itu. “Maksudnya saya Tuan! Cari suami kaya,” sahut Venya tersenyum tawar. “Nah, iya. Itu maksudnya!” ucap Yasmine nervous. Setelah itu bunga itu dipetik dicuci bersih lalu ditiriskan. Sebelum diproses bunga itu. “Cara buatnya gimana?” tanya Yasmine. “Carasnya begini, ‘kan aromanya diekstraksi melalui distilasi uap atau enfleurage, lalu dianalisis dengan teknik canggih seperti kromatografi gas dan spektrometri massa untuk “memetakan” aroma kimiawinya, sebelum akhirnya diolah dan dicampurkan dengan bahan lain oleh ahli parfum untuk menciptakan wewangian yang unik dan terstruktur.” Venya menjelaskan. Reno melihat alat-alat di sana sangat canggih. Ia pun mendekati Venya mulai membicarakan bisnis. “Tuan, ayo kita sambil makan siang bersama,” ajak Venya sudah mempersiapkan. Mereka semuanya makan bersama, tetapi Venya menyiapkan tempat khusus untuk Yasmine dan Reno. Mereka berdu

“Bisa ngilangin sariawan dan mengontrol gula darah salah satunya itu.” Venya tersenyum. “Baiklah, aku akan makan.” Yasmine bak anak kecil. *** Reno yang mengendarai mobil sendirian kala itu. Menuju rumah sakit, ia bahagia mendengar Leo telah sadar. “Aku harus menghadapimu seperti apa?!” batin Reno tidak tega melihat salah satu bagian di hidupnya merasa sedih. Sudah beberapa waktu Reno sampai di rumah sakit. Ia merasa merasa gamang saat melangkahkan kakinya ke dalam rumah sakit. Dimas menyambut Reno dengan senyuman. Bukan itu yang dia mau. “Ngapain kamu senyum-senyum.” Reno dingin. “Abang Iparku! Nggak boleh galak.” Dimas merangkul Reno. “Hei! Lepaskan!” Reno sedikit menjauh. Mereka berdua masuk ke dalam kamar Leo. Seolah tidak terjadi apa-apa. Dimas tetap sok dekat dengan pria itu. “Kalian sekarang akrab,” ucap Leo. “Nggak.” Reno datar. “Tentu dong,” ucap Dimas sambil tersenyum. “Jadi kamu sudah dapat restu, Dim?” tanya Leo merasa senang. “Sudah, dong! Nanti juga aku mau