Tous les chapitres de : Chapitre 191 - Chapitre 200

Wayne memegang gelas anggur di tangannya, menatap mereka dengan penuh perhatian. Evans merasa ini cukup menarik.Setelah panggilannya yang terakhir ditolak, dia bukan cuma tidak berkecil hati. Kali ini, dia malah datang dengan persiapan yang matang. Dari caranya berbicara, bisa dilihat bahwa dia benar-benar tulus ingin bekerja sama dengan mereka.Saat konferensi pers Prosper, penolakannya terhadap mereka sangat jelas. Namun entah sejak kapan, pandangannya mulai berubah. Bagaimanapun juga, Wayne dan Daniel adalah teman baik, serta berada di lingkungan pergaulan yang sama.Evans menatapnya, sudut bibirnya terangkat dengan senyum samar yang sulit ditebak. "Kalau ada waktu, kami akan menghubungi Anda," katanya. Dia tidak menolak, tetapi juga tidak menyetujuinya. Sikapnya cukup membuat orang penasaran.SkyNine Tech sudah bekerja sama dengan Pioneer Tech untuk pengembangan material baru dan kini mereka sedang mencari mitra produsen. Evans hanya ingin membela Alyssa sedikit.Setelah ditolak,

Sejak hari kejadian di arena pacuan kuda itu, Rafatar mulai menghasut semua anak di taman kanak-kanak untuk menjauhi Ziona. Semua itu demi membela Sierra."Aku cuma mau ambil kembali tugas punyaku, tapi dia yang duluan mukul aku. Jadi ... aku balas." Suaranya pelan, tapi dia menjelaskan urutan kejadian dengan jelas dari awal sampai akhir.Dada Alyssa terasa sesak. Dia mengangkat wajah kecil putrinya dan berkata lembut, "Zizi, kamu sudah melakukan hal yang benar." Lalu, dia bertanya dengan suara lembut, "Jadi, selama ini kamu nggak mau ke sekolah karena Rafatar, ya?"Ziona menunduk dan menggenggam jemarinya erat-erat. "Soalnya ... dia nyuruh semua anak di sekolah buat nggak main sama aku. Waktu ngerjain tugas atau olahraga, aku selalu sendirian di kelompokku. Pas makan siang juga, mereka semua sengaja nyalip antreanku, nggak mau biarin aku makan duluan."Mendengar hal itu, hati Alyssa seperti diremas. "Kenapa nggak bilang ke Mama dari dulu?"Ziona menggigit bibirnya pelan. "Aku pikir ..

Rafatar sebenarnya sudah minta maaf, tapi mereka tetap menekan tanpa henti. Baiklah, kalau begitu. Lihat saja nanti di rekaman CCTV, biar semua bukti bicara!Saat itu Rafatar memegangi kepalanya dengan wajah kesakitan. "Papa, kepalaku sakit .... Aku mau ke rumah sakit.""Ada apa?" Sierra langsung panik, keningnya berkerut."Tadi Zizi mukul kepalaku. Sekarang rasanya pusing banget," katanya dengan suara kecil tetapi penuh kepura-puraan. Sierra langsung tegang dan buru-buru memeriksa anaknya."Aku nggak mukul kepalanya," ucap Ziona dengan tegas satu per satu kata. "Kamu takut rekamannya ditayangkan, 'kan? Takut ketahuan kalau kamu yang salah?""Antar Rafatar ke ruang kesehatan," ujar Daniel tenang. "Aku akan ke ruang kontrol lihat rekaman CCTV."....Di ruang kontrol, Ziona menyebut semua waktu dan hari di mana dia dirundung oleh Rafatar dengan tepat. Ketika petugas memutar semua rekaman itu, semuanya tampak jelas. Benar-benar jelas.Rafatar-lah yang menindas dan mengganggu Ziona.Alyssa

Alyssa sama sekali tidak terkejut dengan permintaan itu. Daniel adalah seorang pengusaha. Apa pun yang dia lakukan harus memberi keuntungan. Lagi pula, dia bukan tipe orang yang mau membiarkan siapa pun mengambil untung darinya secara cuma-cuma.Dia sudah setuju agar Rafa membuat permintaan maaf secara terbuka. Memang, Alyssa juga tidak perlu memaksakan agar Rafa dikeluarkan atau diberi hukuman berat. Bagaimanapun juga, dia masih anak-anak. Selama dia mau meminta maaf secara terbuka kepada Zizi dan memberi kejelasan atas kejadian itu, Alyssa tidak perlu mendesaknya habis-habisan.Terlebih lagi, sejak awal Daniel juga sudah meminta Rafa untuk meminta maaf. Dia tidak memihak Rafa. Namun ternyata, jebakan sesungguhnya justru ada di sini.Saat ini, SkyNine memang sangat membutuhkan dana tambahan, sementara di waktu yang genting seperti ini, rumah pernikahan yang hendak dijual pun tidak laku."Kalau Sierra bergabung ke tim proyek, bukan cuma satu triliun, tapi juga kerja sama dengan Nirmala

Xander menjepit sebatang rokok di sudut bibirnya, lalu menatap Alyssa dengan sikap malas dan santai. Nada bicaranya penuh sindiran, seolah ingin menegaskan bahwa Alyssa masih belum bisa melepaskan Daniel dan terus mengejarnya tanpa henti.Alyssa sudah tahu betul bagaimana sifat orang-orang seperti mereka. Wajahnya tetap tenang, tanpa perubahan emosi sedikit pun.Meski kata-kata mereka terdengar santai, semua orang di ruangan itu tahu bahwa pertemuan hari ini diatur langsung oleh Azis. Jelas, seseorang sengaja menjebaknya dengan pertemuan ini.Sierra menatap Alyssa dan tersenyum tipis. "Bu Alyssa, silakan duduk." Suaranya terdengar anggun, tapi sikapnya seperti tuan rumah yang bermurah hati memberi tempat bagi tamu tak diundang."Maaf semuanya, aku agak terlambat. Kalian pasti sudah menunggu lama."Azis melangkah masuk dari pintu utama. Pria itu mengenakan setelan formal rapi, auranya penuh kewibawaan khas pejabat pemerintahan.Belakangan ini, pemerintah memang sedang gencar mendukung p