Tous les chapitres de : Chapitre 211 - Chapitre 220

Berbagai kejadian itu sebenarnya sudah diceritakan oleh Sierra kepada Daniel dari sudut pandangnya sendiri. Jadi, untuk apa Daniel masih berpura-pura tidak tahu dan bertanya lagi?Tak peduli bagaimana Alyssa menjelaskan, pria ini tidak akan pernah percaya pada kata-katanya. Semua pertanyaan itu hanyalah untuk membela Sierra dan melampiaskan amarah Sierra.Membeli kembali rumah pernikahan pun alasannya sama saja.Daniel menatap Alyssa dalam diam. Garis di ujung alisnya memunculkan kesan dingin dan asing. Tatapan itu seolah-olah berkata bahwa Alyssa memang cukup tahu diri, tahu kalau dirinya tidak penting.Yang penting baginya hanyalah menegakkan keadilan untuk Sierra.Daniel menunduk sedikit, menggulung satu sisi lengan baju dengan tenang, lalu berkata dengan santai, "Alyssa, emosi nggak akan menyelesaikan apa pun."Dia mengangkat pandangan, suaranya tetap datar. "Sampai jumpa lusa."Meskipun Alyssa sudah dengan jelas menyatakan sikapnya, bahwa dia tidak akan pergi bersama Daniel, Danie

Segera setelah itu, jendela pengemudi Maybach perlahan diturunkan.Edric menjulurkan kepala dari dalam mobil. Keningnya berkerut dalam. Dia mendesak dengan nada tak sabar, "Cepat sedikit, kita bisa terlambat."Alyssa menghentikan langkah kakinya. Sebenarnya jaraknya tidak jauh, tetapi belakangan ini dia sedang flu. Dia tidak ingin kehujanan di saat seperti ini.Akhirnya, Alyssa mengernyit, tetap melangkah menuju Maybach. Tetesan hujan bercampur angin dingin menerpa wajahnya, membuat seluruh tubuhnya diselimuti hawa dingin.Alyssa tahu Daniel pasti duduk di kursi belakang, jadi dia langsung membuka pintu depan dan duduk di kursi penumpang depan.Rambutnya basah karena hujan. Dia menunduk sedikit sambil menepuk-nepuk air di ujung rambut.Melihatnya duduk di kursi depan, mata Edric terbelalak. Dia sama sekali tidak menyangka Alyssa akan duduk di kursi depan seperti ini."Eee ...." Edric refleks menatap kaca spion.Di kursi belakang, Daniel mengenakan setelan hitam. Seluruh auranya tampak

Alyssa menunduk, lalu menatap Yuka sekilas. Tatapan itu begitu dingin hingga membuat Yuka sontak terdiam.Dulu, Alyssa tidak pernah bersikap seperti ini di hadapannya. Entah sejak kapan, perempuan itu seperti berubah menjadi orang lain.Bibir Yuka sedikit bergerak, seolah-olah ingin mengatakan sesuatu. Namun, akhirnya dia tidak tahu harus berbicara apa.Di tempat pemakaman, bau asap dupa dan kertas sembahyang menebar di udara, membuat suasana semakin pengap.Alyssa menarik kembali pandangannya tanpa ekspresi. "Aku ke toilet sebentar."Dia tidak ingin mempermasalahkan sikap Yuka atau memikirkan bagaimana sikap Keluarga Arthadika terhadapnya. Itu semua sudah bukan urusannya.Anita menatapnya sejenak, lalu tersenyum lembut. "Jangan lama-lama ya."Merry mendengus pelan. "Suruh menantu bantu sedikit saja, selalu dibilang nggak bisa ini, nggak bisa itu. Lihat saja menantu orang lain. Bisa melayani tamu, menyajikan teh, semua bisa."Tatapannya mengarah ke Alyssa saat menyindir, "Sekarang dikr

Dia tampak seperti kehilangan kendali setiap kali mabuk, tidak bisa membedakan siapa di depannya dan hanya tahu bertindak semaunya.Alyssa menatap Daniel tanpa ekspresi, lalu dengan keras mendorongnya. Dia sama sekali tak menyangka pria itu akan berada di mobil untuk menenangkan diri. Kalau tahu sebelumnya, dia pasti tidak akan naik ke mobil itu.Daniel yang didorong hanya terdiam di tempat selama dua detik. Alyssa segera berbalik, menarik pintu mobil, hendak turun.Namun, tangan besar pria itu tiba-tiba melingkar kuat di pinggangnya, menariknya kembali ke dalam pelukan. Bagi Daniel, berat tubuh Alyssa terlalu ringan. Menariknya kembali nyaris tanpa usaha.Alyssa berusaha melepaskan diri, tetapi genggaman pria itu di pinggangnya semakin kencang. Daniel menekan tubuhnya erat ke dalam pelukannya. Detik itu juga, dia bisa merasakan dengan jelas panas yang menyebar dari dada pria itu, juga aroma alkohol bercampur napas hangat yang memenuhi ruang sempit di dalam mobil.Alyssa mengerutkan ke

Keesokan harinya.Kakek Sierra dimakamkan dan Alyssa tidak hadir. Memang tidak ada keperluan baginya untuk datang.Sesampainya di SkyNine Tech, Alyssa mengadakan rapat singkat. Begitu rapat selesai, Lolita menghampirinya.Dia memandang Alyssa, tampak ragu beberapa saat sebelum akhirnya membuka mulut. "Soal pemecatan Sierra, sebenarnya banyak orang di bawah merasa keberatan. Bagaimanapun juga ...."Bagaimanapun juga, Sierra adalah salah satu talenta terbaik di industri ini. Jika dia bisa bergabung, tentu menjadi nilai tambah besar bagi perusahaan.Alyssa sedang memegang secangkir kopi. Langkahnya terhenti. Dia menoleh sekilas ke arah Lolita, suaranya datar. "Kalau mereka benar-benar suka Sierra, silakan mengundurkan diri, lalu pindah ke perusahaan tempat Sierra bekerja."Melihat Alyssa tidak peduli, senyuman Lolita menjadi agak kaku. Lagi pula, saat Alyssa baru masuk perusahaan dulu, hubungan mereka sempat tegang, meskipun sekarang sudah terselesaikan. Tetap saja, ada satu hal yang tida