Malam itu ruangan lounge kecil di belakang kantor terasa hangat—lampu temaram, wangi wine tipis, abu rokok masih menari di udara. Di sofa kulit yang mengelilingi meja kayu, mereka duduk berkelompok: Juan yang selalu paling cerewet, Orion dengan tampang santai tapi mata waspada, Sadewa yang tawa-nya gampang meledak, Bima yang tenang, Saga yang diam penuh daya tarik misterius, dan Langit, yang malam ini tampak lebih murung dari biasanya.Juan meneguk sedikit wine, lalu melempar candaan yang entah disengaja entah tidak membuat udara jadi tercekat sedikit. “Jadi, finance director GCP yang kemarin rapat sama kita itu mantannya Langit? No wonder elu nggak bisa move on, Bro.”Langit hanya menatap cangkirnya, berusaha pura-pura tak mendengar. Tapi sorot matanya tak bisa bohong. Melihat Langit yang semakin muram, Juan malah menambahkan, lebih santai, “Ya panteslah. Cantik, sih.”Ada dingin kecil yang lewat dari bibir Langit. Ia mengangkat kepala, melirik tajam ke arah Juan. Senyum Juan sempat
Last Updated : 2025-09-27 Read more