“Hyra! Kamu kah itu yang di depan?” Suara melengking Oma Dayana memecah keheningan malam, menyentak Hyra dari keterkejutannya. Pintu rumah terbuka, menampakkan siluet sang nenek yang berdiri tegak di ambang pintu, matanya menyapu teras dengan pandangan tajam, laksana elang mengawasi sarangnya. “Oma!” seru Hyra, panik. Ia beringsut bangkit dari sofa, mencoba menyembunyikan tangisnya yang baru reda. Namun, air mata masih membasahi pipi, dan suaranya bergetar. Ia merasa seperti anak kecil yang tertangkap basah melakukan kesalahan. Ghaidan, dengan tenang, bangkit dan berjalan maju, tidak gentar sedikit pun dengan tatapan menusuk Oma Dayana. Ia berdiri tegak, memancarkan aura wibawa yang tak tergoyahkan, bahkan di bawah sorot lampu teras yang temaram. “Selamat malam, Oma Dayana,” sapa Ghaidan dengan suara rendah, sopan, namun ada ketegasan yang tersirat di dalamnya. Ia mengangguk hormat, mencoba meredakan suasana tegang. Oma Dayana mendengus, alisnya menukik tajam. Ia tidak me
Last Updated : 2025-09-16 Read more