Malam itu, Ruang makan keluarga Sumitra malam itu tampak sempurna. Mulai dari meja panjang yang terbuat dari kayu jati mengilap, piring porselen berwarna putih gading, dan aroma sop buntut buatan Bu Sumitra yang mengepul lembut dari mangkuk besar di tengah meja tampak menguar di udara, membawa aroma kelezatan yang dirindukan seluruh anggota keluarga. Dari luar jendela besar, cahaya lampu taman menyorot pohon kamboja yang sedang berbunga, aromanya begitu semerbak. Tapi di balik semua kehangatan itu, Hyra tampak duduk dengan hati yang dingin. Tangannya memegang sendok, tapi tak sanggup menelan makanan. Ia tahu, setiap pertemuan keluarga seperti ini selalu berakhir dengan keputusan yang bukan miliknya. Di ujung meja, Ghaidan, suaminya atau lebih tepatnya, pria yang terikat dengannya dalam pernikahan kontrak tampak tenang. Wajahnya tampan. Namun, kaku, matanya fokus pada piring, seolah semua yang ia ucapkan nanti hanyalah rencana bisnis biasa. “Papa, Mama,” katanya perlahan,
Last Updated : 2025-10-12 Read more