“Tidak ada, Pak,” kataku akhirnya pada Christian. Aku langsung merapikan mapku. “Saya permisi dulu.”Begitu aku keluar, tatapan-tatapan itu langsung terasa menusuk. Beberapa orang lewat pura-pura sibuk, tapi aku tahu mereka memperhatikan. Aku menunduk, mencoba menahan rasa tidak nyaman itu, lalu cepat-cepat kembali ke meja.Aku memilih menenggelamkan diri dengan kerjaan sampai waktu makan siang tiba. Masalahnya, dari pagi aku belum sempat sarapan. Perutku mulai perih, terpaksa aku turun ke kantin karyawan.Aku benci bagian ini. Ini kali keduaku ke kantin. Pertama kali aku ke sana, rasanya seperti masuk ke sarang gosip. Bisik-bisik, lirikan, senyum-senyum samar… membuat aku kehilangan selera makan.Aku berdiri di depan pintu kantin, menarik napas panjang.“Aku cuma mau makan,” gumamku. “Itu saja.”Tapi baru melangkah beberapa langkah ke dalam, pikiranku langsung benar. Suara-suara lirih itu terdengar lagi, tidak keras, tapi cukup untuk mengusik telinga. Beberapa pasang mata jelas-jelas
Last Updated : 2025-09-18 Read more