“Bapak nggak perlu tahu!” seruku, suaraku tajam, berusaha menutup pintu diskusi sebelum Christian bisa menggali lebih dalam. Aku menatapnya dengan mata membara, berharap dia mundur.Tapi Christian justru memandangku, alisnya terangkat, seolah kata-kataku baru saja menyalakan sesuatu di dalam dirinya. Dia mencondongkan tubuhnya sedikit, matanya menyipit, penuh rasa ingin tahu. “Kenapa kau begitu tidak suka padaku, Lola?” Suaranya rendah, menantang, seperti dia sedang membaca setiap inci emosiku. Aku mendengus, tanganku mengepal di pangkuan. “Di belahan perusahaan Bapak, nggak ada satu orang pun yang suka sama Bapak!” kataku, suaraku naik, penuh keberanian yang tiba-tiba meledak. “Bapak mau tahu kenapa? Karena Bapak… ya, saya nggak bisa bohong. Bapak memang nyaris sempurna. Wajah Bapak tampan, tubuh Bapak kekar, menggoda, posisi Bapak sebagai CEO, keluarga Bapak yang terpandang—semuanya seperti nggak punya celah untuk dikritik. Tapi tahu apa? Sejauh mata memandang di kantor, semua or
Last Updated : 2025-09-22 Read more