Semua Bab Ssst, Diam Pak Boss!: Bab 71 - Bab 80

Jemari Christian bergerak lembut di pipi Lola, menikmatinya tanpa ingin mengakhiri sentuhan itu. Kulitnya terasa hangat di bawah telapak tangan. Lola menatapnya dengan mata membulat sempurna, tanpa kedip, tubuhnya membeku.Yang membuat Christian terdiam sejenak bukan hanya tatapan itu, tapi rona halus yang tiba-tiba muncul di pipi Lola. Ia menatapnya lekat. Tidak pernah sebelumnya ia melihat gadis itu bereaksi seperti ini. Biasanya wajahnya selalu mengeras ketika bersama Christian. Matanya mendelik kesal, ditunjukkan secara jelas. Tapi lihat sekarang? Begitu polos.Gadis ini...Christian terkekeh pelan. Ia menunduk, menggigit bibir bawahnya sendiri, berusaha menahan rasa gemas yang naik begitu cepat.Lola akhirnya berkedip. Pandangannya bingung, tidak mengerti apa yang membuat Christian tampak begitu terhibur.Dan sebelum ia sempat bertanya, pelukan itu kembali menariknya. Christian memeluknya kuat, hingga napasnya tertahan.Kemudian, ting!Suara lift membuat keduanya tersentak. Pintu

"Sudah selesai berpikir?"Lola tersentak. Ia membalikkan badan lalu mengerinyitkan dahi, lalu berjalan mendekati Christian yang baru saja masuk ke kamar. Matanya menelusuri penampilan Christian dari atas sampai bawah. Kaus putihnya kusut, dengan bercak basah di dada. Tanpa sadar, tangannya terangkat, menyentuh bagian itu.Namun Christian lebih cepat. Ia menangkap tangan mungil itu, menggenggamnya erat. Tidak ada reaksi dari Lola. Ia membiarkan saja, matanya masih fokus pada bercak itu.“Ini kenapa?” tanyanya Lola akhirnya.Christian hanya diam, matanya menatap tangan Lola yang ada di genggamannya. Senyum kecil muncul di sudut bibirnya. Ia menarik tangan itu, menekannya perlahan ke dadanya sendiri.“Dengar,” katanya lirih.Lola terdiam, menatapnya bingung. Tapi saat ia mulai memperhatikan—ia bisa merasakannya. Detak jantung Christian di bawah telapak tangannya yang begitu cepat nyaris tak terkendali. Ia menatap Christian lekat-lekat, napasnya terhenti sesaat. Lalu… menyadari Christian

"Saya Matthew Saint Harrison."Ditengah keheningan perpustakaan, satu ketukan di meja nya membuat Christian mendongak. Seorang anak laki-laki dengan senyum cerah. Matthew namanya. Itu adalah perkenalan pertama mereka.Matthew menatap Christian dengan mata yang berbinar. Akhirnya, yang selama ini Matthew cari, akhirnya ia bertemu tokoh dalam kisah yang sering ia dengar.“Saya sudah lama mendengar nama Anda, Kak Christian,” katanya cepat, takut Christian mengusirnya, lantaran sampai sekarang pria itu hanya menatapnya datar. “Nama Anda ada di mana-mana. Di buletin kampus, di acara, di organisasi… semua orang bicara tentang Anda. Katanya, Anda itu kakak tingkat yang stabil, telaten, dan luar biasa disiplin. Bahkan dosen-dosen sering menyebut nama Anda di kelas.”Christian hanya memandangnya tanpa ekspresi. Aneh, pikirnya dalam hati.Tapi Matthew tetap bicara. “Jadi waktu tahu jurusan kita sama, saya pikir… saya harus ketemu langsung.”Tidak ada jawaban.Christian hanya menatap layar lapto

Christian terdiam sesaat ketika merasakan pelukan itu. Tubuh Lola melekat padanya, wajahnya tenggelam di dada pria itu, membuat napas Christian sempat tertahan. Sentuhan lembut di punggungnya membuatnya sadar, lalu perlahan tangannya terangkat, mengusap rambut Lola dengan gerakan yang hati-hati. “Hei…” suaranya rendah, nyaris seperti bisikan. Tapi Lola tidak menjawab, tidak juga melepaskan pelukannya. Ia justru menempel lebih erat. Hingga akhirnya Christian merasakan sesuatu yang basah menyentuh kulitnya. Ia menunduk, mencoba melihat wajah gadis itu, namun Lola justru semakin menyembunyikan wajahnya di dada Christian. “Ada apa...?” tanya Christian khawatir, tapi Lola tetap diam. Christian membiarkan tangannya bergerak di sepanjang punggung gadis itu, menenangkan tanpa banyak bicara. Saat akhirnya Lola mendongak, mata mereka bertemu. Dalam sekejap, hatinya mencelos. Mata gadisnya bengkak, air mata bergelinang membasahi pipinya. Christian mengusap pipinya pelan. “Bagaimana mungkin

"Sikapmu berubah." Ia tersenyum lirih. "Apa Christian mengatakan sesuatu tentangku?"Lola mengalihkan pandangan. Sedangkan yang berbicara, menatap penuh harap gadis yang memunggunginya. Dan sepertinya benar. Christian telah menceritakan segalanya."Tapi kurasa kau tahu ini, Lola.""Jika mendengarkan cerita mengenai dua orang, maka pikirkan perasaan keduanya." Matthew meghela napas. "Karena cerita itu datang tidak hanya dari yang menceritakan, tapi dari dua orang" Ia tersenyum kecut. "Dan mungkin, tidak semua orang memahami perasaan yang dirasakan keduanya."Matthew berdiri, kemudian meninggalkan Lola yang termenung setelah mendengar ucapannya.Sudah sangat jelas untuk mengetahui maksud dari ucapan Matthew. Lola hanya mendengar cerita dari sisi Christian, itu benar. Lola tidak mendengar cerita dari sisi Matthew, dan itu juga benar.Tidak bermaksud untuk meragui Christian, tapi ucapan Matthew ada benarnya.Lola menilai Matthew hanya dari satu sisi.Melebarkan pandangannya, Lola melihat