All Chapters of Langkah di Jalan Keabadian : Chapter 31 - Chapter 40

Tetua Ling Mei sangat terkejut setelah memeriksa tubuh Su Wan’er dengan kesadaran jiwanya. Ia tak menyangka bahwa putri Su Mo memiliki tubuh Phoenix Es, dan yang lebih mengejutkan lagi, ia juga memiliki akar spiritual langka. "Pantas saja Su Mo mengirimnya ke sini," gumam Lin Mei pelan. "Rupanya dia tak ingin putrinya terancam bahaya. Hah... baiklah, Su Mo. Aku akan melindungi dan menjaganya untukmu. Aku tak akan membiarkan siapa pun berniat mencelakainya." Bisa dikatakan hubungan antara Su Mo dan Tetua Lin Mei sangat dekat. Dahulu, Ling Mei pernah menaruh hati pada ayah Su Wan’er itu, namun Su Mo tak pernah membalas perasaannya. Baginya, Ling Mei hanyalah sahabat seperjuangan. Meski begitu, Ling Mei menerima kenyataan itu dengan lapang dada. Hingga kini, ia tetap menjaga hubungan baik dengan Su Mo dan telah menganggap Su Wan’er seperti putrinya sendiri. "Mengapa wajah Guru terlihat terkejut begitu? Apakah ada yang salah dengan tubuhku?" tanya Su Wan’er saat melihat ekspresi Tetu

Lin Hao maupun Meng Jin segera mengejar Ye Tian. Mereka ingin membicarakan sesuatu yang penting dengan pemuda itu. "Ye Tian, apakah kamu sudah tau mengenai kompetisi yang akan di adakan dua bulan lagi. Senior kami sering membicarakan hal itu. Katanya kompetisi itu di ikuti empat sekte besar dan tiga sekte kecil termasuk sekte kita," kata Lin Hao sambil berjalan menuruni tangga. "Kudengar, bila sekte kita gagal memenangkan kompetisi itu, maka keberadaan sekte ini akan dihapus dari jajaran sekte resmi," timpal Meng Jin dengan nada serius. Ye Tian menghentikan langkahnya, menatap ke depan tanpa berbicara untuk sesaat. "Kalau begitu, kita tak punya pilihan lain selain menang," ucapnya datar, namun sorot matanya cukup untuk membuat keduanya mengerti seberapa serius ucapannya. Lin Hao dan Meng Jin saling berpandangan, lalu mengangguk bersamaan. Mereka tahu, jika Ye Tian sudah berkata seperti itu, maka hasilnya tak perlu diragukan lagi. "Baiklah, kalau begitu mulai besok kita ber

Tak berselang lama, Ye Tian sampai di puncak gunung. Hawa yang sangat panas langsung menyambut kedatangannya, membuat udara di sekitarnya bergetar hebat. Ia segera menggunakan mata langit untuk mencari tahu sumber panas tersebut. "Ini…!" Ye Tian terkejut saat melihat api berwarna putih di bagian terdalam puncak gunung. Api itu tampak tenang, namun memancarkan aura mengerikan yang seolah bisa membakar apa pun yang mendekat. “Tidak salah lagi, itu Api Langit,” suara Shen Long bergema dalam pikirannya. “Api langka yang hanya muncul sekali dalam ratusan tahun. Siapa pun yang berhasil menaklukkannya akan memperoleh kekuatan luar biasa.” "Api itu memiliki daya rusak yang sangat tinggi dan mampu meningkatkan tingkat kultivasi jika berhasil diserap," lanjut Shen Long dengan nada serius. "Namun, api langit bukanlah api biasa, Tuan Muda. Untuk menjinakannya dibutuhkan kendali spiritual yang kuat. Sedikit saja lengah, tubuhmu bisa hangus jadi abu dalam sekejap." Ye Tian mengerutkan kening

Sesampainya di Sekte Pedang Langit, mereka berlima berpisah dan kembali ke paviliun masing-masing. Dalam perjalanan menuju paviliun barat, banyak murid pria yang menoleh ke arah Su Wan’er. Wajah gadis itu memang sangat cantik — lembut, anggun, dan memancarkan pesona yang sulit diabaikan. "Jaga mata kalian baik-baik," ujar Meng Rou dengan nada dingin. Tatapannya menusuk tajam ke arah para murid pria yang terus melirik. "Jangan seperti serigala kelaparan setiap kali melihat wajah cantik saudariku. Tatapan kalian itu membuatnya risih." Beberapa murid pria yang mendapat teguran dari Meng Rou langsung salah tingkah. Sebagian menunduk malu, sementara yang lain pura-pura sibuk berbincang dengan rekannya untuk menutupi rasa canggung. Su Wan’er tersenyum tipis sambil menepuk lembut bahu Meng Rou. "Saudari Meng Rou jangan terlalu galak begitu," ucapnya pelan. "Mereka hanya melihat saja, tidak berbuat macam-macam." Meng Rou mendengus pelan. "Melihat saja tapi dengan tatapan seperti itu

Siang harinya, Tetua Ling Mei berada di kamar Su Wan’er. Sejak pagi ia tampak diliputi rasa penasaran yang sulit disembunyikan. Ada sesuatu yang terus mengganjal di pikirannya, yaitu tentang identitas sebenarnya dari Ye Tian. Karena itu, ia datang langsung untuk menanyakannya pada murid kesayangannya. "Wan’er," ucap Tetua Ling Mei dengan nada lembut namun serius, "Guru ingin tahu, sebenarnya siapa Ye Tian itu?" Su Wan’er menunduk pelan. "Setahuku, Gege Ye Tian adalah anak angkat keluarga Meng di Desa Qinghe, Guru. Selain itu, aku tidak tahu banyak tentang latar belakangnya." Tetua Ling Mei menghela napas, sedikit kecewa mendengar jawaban itu. "Jadi selama ini Ye Tian tidak pernah menceritakan apa pun tentang asal-usulnya kepadamu, Wan’er?" "Tidak, Guru," jawab Su Wan’er sambil menggeleng pelan. Tetua Ling Mei terdiam sejenak, matanya menatap muridnya dengan dalam. “Kemungkinan besar dia sengaja menyembunyikan identitasnya, agar orang-orang terdekatnya tidak terseret ke dalam