All Chapters of The Serpent's Embrace: Chapter 21 - Chapter 30

Ruangan rumah sakit yang sunyi terasa begitu dingin. Meski tirai telah ditarik, sinar matahari pagi tetap menembus masuk, menerangi sosok Sienna yang meringkuk di ranjang. Ia menolak selimut, menolak makanan dan minuman, dan menolak berbicara.Tubuhnya telah dirawat, lebam-lebamnya sudah diobati, tetapi kerusakan yang sesungguhnya berada di dalam. Matanya kosong, memandang ke luar jendela, tetapi pikirannya berada jauh di tempat lain.Seorang perawat datang, membawa nampan berisi bubur dan segelas air. "Ayo, makan sedikit," bisiknya dengan lembut. "Kau butuh energi untuk pulih."Sienna menggeleng, memalingkan wajahnya ke dinding. Perawat itu menghela napas, meletakkan nampan itu di meja samping, lalu pergi. Ini adalah perawat yang ketiga kalinya mencoba membujuk Sienna.Di ruangan yang didominasi aroma antiseptik dan kesunyian itu, Sienna hanya terus berbaring, seolah tubuhnya adalah sel penjara bagi jiwanya yang hancur.Matanya kosong menatap langit-langit, sebuah kanvas putih yang t

Adrian termenung di kamarnya. Malam telah larut dan hanya lampu tidur kecil yang menerangi ruangan. Pikirannya melayang, kembali ke malam sebelumnya, ke kamar Sienna, ke kehangatan tubuhnya yang rapuh.Ia tidak pernah menyangka akan menjalin hubungan intim dengan gadis yang terpaut delapan tahun darinya. Sama sekali tak pernah terpikir bahwa Sienna, gadis kurir polos yang ia temukan di gang kotor, kini akan menjadi seseorang yang mengisi setiap sudut pikirannya.Adrian merebahkan tubuhnya di ranjang, membiarkan lengannya menutupi kening. Dua matanya menatap langit-langit, yang terlihat seperti kanvas kosong yang memproyeksikan kenangan kemarin malam. Ia tidak bisa melupakan bagaimana ia menghabiskan malam itu dengan Sienna. Bagaimana ia memeluk Sienna, bagaimana ia menciumnya, bagaimana ia merasakan tubuh Sienna yang begitu polos.Sebagai seorang pria, ia menikmati setiap momen itu. Namun, ia tahu, ia tidak seharusnya begitu. Ia melakukan itu bukan untuk saling menikmati, tetapi untuk

Berhari-hari telah Adrian dan Sienna lalui, berjualan setiap malam, pergi ke club atau mengantarkan ke gang sempit. Tapi Sienna tidak tahu, bahwa semua narkoba itu tidak pernah sampai ke tangan konsumen, melainkan ke tangan-tangan anggota AEGIS untuk diamankan.Sampai saat ini tak ada yang menyadari sandiwara penjualan ini. Itu artinya misi kali ini pun berjalan dengan sukses.Malam ini, tepat saat jam dua belas malam, Adrian dan Sienna keluar dari club setelah menyelesaikan penjualan terakhirnya."Kau mau makan dulu?" tanya Adrian sambil menaiki motor."Memangnya masih ada tempat makan yang buka di jam segini?" tanya Sienna sembari duduk di jok belakang, Tanpa ragu tangannya memeluk Lucas erat."Kita cari tempat yang buka," sahut Adrian sambil menyalakan mesin motor."Oke. Ayo, kita keliling kota untuk menemukan tempat makan yang masih buka."Motor pun melaju, membelah jalanan malam yang mulai sepi pengendara lain, hanya segelintir saja. Sienna menyandarkan kepalanya ke punggung Luca

Adrian menerima kunci kamar yang akan digunakannya bersama Sienna."Kita sekamar?" tanya Sienna sembari mengikuti Adrian dengan berseri-seri."Ya," jawab Adrian. "Karena hanya tersisa satu kamar.""Tidak masalah. Aku bisa tidur di sofa," kata Adrian yang berpikir bahwa Sienna akan merasa tidak nyaman jika tidur satu ranjang dengannya.Tangan Sienna tiba-tiba melingkar di pergelangan tangan Lucas dan bersandar di ototnya itu. "Kenapa harus di sofa kalau di samping ku saja masih ada tempat yang luas?" Ia mengangkat kepalanya, menatap wajah Lucas. "Aku tidak keberatan kita tidur bersampingan."Adrian tersenyum smirk. Ternyata ia salah duga. Sepertinya Sienna benar-benar telah sembuh dari kejadian waktu itu. Tapi, ia tidak menyangka kalau Sienna akan semakin terang-terangan seperti ini.Adrian membuka pintu kamar, langsung terlihat satu kasur yang besar yang cukup untuk menampung dua orang, ada sofa dan beberapa furnitur lainnya, mata Adrian menatap balkon di ujung sana. Senang rasanya ka

Pagi yang cerah menyambut Adrian dan Sienna. Seusai sarapan, Adrian menepati janjinya. "Sudah siap?" tanyanya sambil tersenyum.Sienna mengangguk. Hari ini, ia akan melihat sendiri markas AEGIS, tempat yang katanya markas Adrian si mata-mata, semoga saja dia tidak berbohong.Perjalanan singkat terasa seperti selamanya bagi Sienna. Ia mulai sadar tengah melewati jalan yang tak pernah ia lewati sebelumnya.Begitu motor yang mereka tumpangi berbelok, matanya langsung terbelalak. Di hadapannya, menjulang megah sebuah kompleks bangunan berwarna abu-abu metalik dengan aksen kaca biru yang memantulkan cahaya matahari. Arsitekturnya futuristik, tampak begitu kokoh, namun tetap elegan."Ini... AEGIS?" gumam Sienna takjub, tak percaya dengan apa yang ia lihat.Adrian mengangguk. "Selamat datang markas ku sesungguhnya," kata Adrian, suaranya dipenuhi nada bangga.Dibandingkan dengan markas mereka yang tersembunyi di belakang gedung-gedung, dengan lorong-lorong sempit dan lampu remang-remang, AEG