All Chapters of The Serpent's Embrace: Chapter 31 - Chapter 40

Sienna dan Adrian, bersama dengan kurir-kurir lain yang lolos dari interogasi Petrov, dibawa keluar dari reruntuhan markas lama. Mereka tidak diizinkan menoleh ke belakang. Di tengah keheningan yang tegang, mereka diangkut menuju lokasi baru. Begitu tiba, Sienna kembali terpukau. Markas baru ini benar-benar mencerminkan kata elite. Bangunannya modern, tersembunyi dengan cerdas, dan fasilitasnya jauh melampaui markas sebelumnya yang tampak biasa. Lorong-lorongnya bersih mengilap, pencahayaannya lembut namun efisien, dan udaranya terasa segar. Ini bukan lagi sarang ular, melainkan tempat persembunyian yang sangat terorganisir dan berteknologi tinggi. Para kurir di markas baru membimbing mereka, satu per satu, menuju kamar masing-masing. "Ikuti aku," ucap seorang kurir dengan seragam rapi kepada Adrian dan Sienna. Setelah melewati beberapa lorong, mereka berhenti di depan sebuah pintu dengan panel digital. Kurir itu menoleh pada mereka berdua. "Karena kalian pasangan dan kebetulan k

Setelah berhasil merekam pengakuan dan bukti dari Mikael Caesar, Adrian dengan lihai mengakhiri percakapan. "Tuan Caesar, informasi ini sungguh berharga. Kami harus mencari udara segar sebentar sebelum kembali berdiskusi." Ia berpamitan dengan senyum meyakinkan dan menarik Sienna menjauh dari target. Mereka belum bisa meninggalkan pesta. Menurut instruksi AEGIS, mereka harus tetap berbaur hingga waktu yang ditentukan untuk menghindari kecurigaan. Tepat saat itu, musik orkestra berubah, nadanya menjadi lebih romantis dan berirama, menandakan dimulainya dansa bersama pasangan. Lampu utama di ruang ballroom meredup. Ruangan itu kini hanya dihiasi oleh lampu-lampu kecil berwarna-warni, memancarkan bias cahaya misterius di antara para tamu yang mengenakan topeng. Suasana menjadi intim dan elegan. Sienna merasakan jantungnya berdebar. Meskipun Adrian telah melatihnya—dengan waktu yang sangat singkat—di markas rahasia, berdansa di depan begitu banyak mata, apalagi saat menjalankan misi,

Udara malam di Distrik Industri lama terasa dingin dan berminyak, bau karat bercampur asap knalpot diesel. Adrian bersandar di dinding semen kasar, jubah hitam tebal menyamarkannya sempurna dengan bayangan di antara dua kontainer pengiriman yang sudah tidak terpakai.Di depannya, lima puluh meter melintasi lahan parkir kosong, berdiri Markas Utama The Serpent's Coil.Dari luar, ia tampak seperti perusahaan logistik kelas kakap yang membosankan. Dinding abu-abu polos, jendela kaca gelap, dan di tengah-tengah kompleks itu, menjulang bangunan gudang utama—targetnya—seperti perut ular yang kekenyangan. Gudang itu, dengan atap seng datarnya yang kusam, adalah jantung operasional mereka, tempat di mana narkotika bernilai miliaran dolar disimpan sebelum didistribusikan.Keberuntungan berpihak padanya karena tidak sulit menemukan gudang utama mereka. Meski ia yakin tantangnya akan datang setelah ini.Adrian tidak hanya melihat. Ia sedang memproses.Di tangannya, sebuah binokular thermoscope b

Pintu baja Gudang Utama membentur bingkai dengan suara GDEBUM yang mematikan, getarannya menjalari beton di kaki Adrian. Udara di dalam gudang terasa berat dan dingin, berbau plastik baru dan desinfektan kimia. Di dalam, tidak ada kegelapan total. Lampu darurat remang-remang menyala, menampilkan pemandangan yang menakutkan dan terorganisir. Gudang itu sangat besar, langit-langitnya menjulang tinggi seperti katedral industri. Rak-rak baja vertikal berjejer tak berujung, ditumpuk peti-peti kayu standar dan kotak-kotak kargo yang tersegel rapi. Adrian tidak bisa lagi menjadi Toni si teknisi. Ia melepaskan kepura-puraan kelelahan. Gerakannya kini efisien dan cepat. Laptop yang berisi Firefly kini aktif. Bukan untuk meretas, tetapi untuk pemindaian termal tingkat lanjut. Adrian memegang laptop di depan dada, layarnya menunjukkan peta Gudang Utama dalam pola warna-warni yang aneh. Adrian melihat ke atas. Kamera pengawas di sini jauh lebih canggih daripada yang di luar, dilengkapi se

Adrian melompat keluar dari lubang got di area pasar ikan yang sepi, dua blok jauhnya dari Markas The Serpent's Coil. Ia telah menghabiskan dua puluh menit mengerikan merangkak melalui ventilasi kotor dan saluran pembuangan, menghindari senter dan teriakan anjing penjaga. Seragam "Toni" kini basah, robek, dan berbau amis. Ia bergerak cepat melintasi kota, menghindari semua jalan raya utama. Satu jam kemudian, ia tiba di Markas AEGIS. Adrian menerobos pintu baja ruang kontrol utama. Di dalamnya, suasana terasa tenang, kontras dengan neraka yang baru saja ia lewati. Layar-layar monitor yang memantau pergerakan jaringan global bersinar remang-remang. Di balik konsol utama, duduk Alex. Pria itu dengan tatapan mata yang tajam dan wajah tanpa emosi yang dingin, khas seorang perencana perang yang sempurna. "Kau berdarah," adalah sapaan pertama Alex, tanpa menoleh, matanya masih terpaku pada data feed yang ia analisis. "Itu hanya goresan," balas Adrian, suaranya serak dan menahan emosi.