Ruangan itu terasa sesak. Udara malam yang masuk dari jendela pun tak mampu menyejukkan hati siapa pun yang hadir di sana. Gita berdiri kaku di hadapan Raja David, wajahnya pucat, bibirnya gemetar, sementara pertanyaan itu masih menggantung di udara, berat dan menyesakkan. “Apakah hatimu masih ada di sana, atau sudah menjadi milikku?” Selir-selir lain menahan napas, sebagian menunduk, sebagian lain justru menanti dengan mata berkilat, berharap Gita jatuh pada jurang kehancurannya sendiri. Permaisuri Dias duduk anggun, kipasnya kembali berayun pelan, tapi senyum tipisnya menyimpan kejamnya rencana yang belum terucap. Gita ingin membuka mulut, namun tenggorokannya seolah terkunci. Hatinya berteriak, pikirannya kalut. Kata-kata seakan berdesakan keluar, tapi ia tahu, setiap jawaban akan membawa konsekuensi besar. Jika ia mengaku hatinya masih terikat pada masa lalu, maka habislah sudah. Ia akan dianggap pengkhianat. Namun jika ia berbohong dengan menyatakan hatinya milik raja, apakah
Last Updated : 2025-09-20 Read more