Sejak pagi, Gita tidak bisa tenang. Langit di luar jendela tampak cerah, tapi hatinya justru terasa mendung. Sari berkali-kali datang menawarkan sarapan, tapi semuanya hanya disentuh, tidak benar-benar dimakan.“Kalau terus begini, Nyonya bisa jatuh sakit,” kata Sari sambil menatap khawatir.“Aku cuma belum tahu harus bagaimana, Sari,” jawab Gita pelan. “Permaisuri mengundangku sendiri malam ini. Itu aneh, kan?”Sari menunduk. “Kalau Permaisuri yang minta, pasti ada maksud, Nyonya. Tapi mungkin itu tidak seburuk yang Nyonya pikir.”Gita menghela napas. “Aku sudah terlalu sering berharap yang baik, tapi yang datang selalu sebaliknya.”Ia berdiri, berjalan ke arah cermin besar di sudut ruangan. Wajahnya tampak pucat, tapi di matanya ada ketegasan yang baru. “Kalau aku terus diam, aku akan selamanya jadi orang yang disalahkan.”Sari menghampiri, menepuk pelan bahunya. “Tapi Nyonya, melangkah tanpa tahu arahnya juga berbahaya.”“Aku tahu, Sari,” sahut Gita, menatap pantulan dirinya di kac
Terakhir Diperbarui : 2025-10-13 Baca selengkapnya