Semuanya masih sama, tapi tak ada tawa Dina. Tak ada suara Dinda memanggil “Ayah.”Ia menggenggam surat itu erat, lalu menutup wajah dengan kedua tangan.“Din… aku pulang, tapi kamu nggak ada,” bisiknya lirih.Dalam diam, hanya air mata yang menetes ke atas kertas yang sudah mulai lecek.Beberapa hari berikutnya, Dion tetap datang ke rumah setiap sore hanya untuk duduk di teras, menatap halaman kosong.Tetangga yang lewat menyapanya. “Mas Dion, Bu Dina ke Payakumbuh, ya?”“Iya,” jawabnya singkat.“Katanya mau nengokin orang tua. Tapi nggak tahu kapan baliknya.”Dion mengangguk pelan. “Terima kasih, Bu.”Malamnya, ia duduk di ruang tamu sendirian, menatap lampu yang redup.Ia membuka ponsel, mengetik pesan, “Din, aku di rumah. Aku nunggu kamu kapan pun kamu siap.”Lalu ia menghapusnya sebelum sempat dikirim.Sementara itu, di Payakumbuh, aku mulai terbiasa dengan udara sejuk dan suara ayam jantan di pagi hari.Orang tuaku menyambut dengan hangat, tapi mereka tahu aku membawa hati yang
Last Updated : 2025-10-26 Read more