Pagi itu, langit tampak redup. Udara lembap, seolah menandakan hari yang tidak biasa. Dina sudah menyiapkan adonan risoles sejak subuh, tapi pikirannya melayang entah ke mana. Sesekali ia melirik jam dinding, menghitung waktu tanpa sadar. Dion keluar dari kamar dengan kemeja rapi dan tas kecil di tangan. Dina berhenti mengaduk adonan, menatapnya pelan. “Kemana, Yon?” suaranya datar, tapi matanya penuh tanya. “Ke pasar,” jawab Dion cepat. “Mau beli bahan tambahan, ada pesanan banyak nanti sore.” Dina menatapnya beberapa detik, seolah mencoba menembus kebohongan kecil di balik suaranya. Tapi ia hanya mengangguk. “Hati-hati, ya. Hujan sepertinya mau turun.” Dion tersenyum tipis. “Iya, Din. Aku nggak lama kok.” Ia melangkah pergi, tapi langkahnya terasa berat bukan karena hujan, tapi karena hati yang mulai berdebat dengan dirinya sendiri. Mobil Arman sudah menunggu di ujung jalan. Mereka berangkat ke Pekanbaru pagi itu juga, diiringi gerimis tipis. “Terima kasih udah mau da
Last Updated : 2025-10-29 Read more