All Chapters of BIRAHI SANG DOSEN: Chapter 101 - Chapter 110

Sementara itu, Tania masih memberesi baran-barang bawaan serta merapikan pakaiannya dan pakaian milik sang suami di kamar bungalow nan indah itu. Ryan masih terlihat terlelap di ranjang lebar berkelambu putih itu. Dengkurannya masih cukup terdengar dari posisi Tania yang sedang duduk bersimpuh di lantai kamar Bungalow. Suara deburan ombak sangat terdengar dari dalam kamar plus kicauan burung-burung menghiasi pagi dini hari yang indah itu di Pulau Dewata, Bali.Usai memrapikan semua perlengkapan dan bawaan milik Tania dan juga milik sang suami. Tania pun segera menyiapkan sarapan sederhana untuk Ryan jika suaminya terbangun nanti karena khawatir suaminya itu merasa lapar saat bangun dari lelap tidurnya. Ai susu hangat dan roti bakar kesukaan Ryan telah Tania siapkan untuk sekedar menambal rasa lapar mereka sebelum mereka sarapan pagi yang akan disiapkan oleh petugas bungalow sebagai salah satu layanan prima dari tempat mereka menginap selama di Bali itu.Sambil menunggu Ryan terbangun,

Tania masih sempatkan diri melihat bagaimana tubuh berkeringat dari kedua mertuanya itu terlentang tanpa busana dan tak lama kemudian ia melihat papa Sudono kembali memeluk sang istri lalu mereka berdua kembali berciuman. Setelahnya Tania melihat mama Tyas bangun dari rebahannya dan berjalan menuju kamar mandi sementara papa Sudono nampak masih terlentang dengan rudal yang masih berkedut-kedut yang makin mengecil karena telah mulai tuntas melakukan tugas semprotannya tadi.Karena tak ingin ketahuan maka Tania pun membatalkan untuk mengetuk pintu bungalow ortu dari Ryan tersebut. Ia merasa lebih baik menunggu saja sampai kedua mertuanya selesai mandi dan berpakaian. Tania segera berlalu dari tempat itu untuk membangunkan suaminya karena hari sudah mulai menunjukkan pukul 8an pagi. Agar tidak terlambat untuk melanjutkan rencana liburan mereka di Pulau Dewata itu.Dan tak terasa hari pun terus beranjak waktunya. Hari Sabtu pagi yang cerah dan segar menyambut keenam orang tersebut di pula

Ryan pun kembali menikmat istirahatnya dengan memejamkan matanya meski tidak tidur sepenuhnya.Sementara itu, Tania sudah berada di dalam kamar mandi perlahan ia membuka semua pakaiannya dan kini ia telah dalam kondisi telanjang. Tania sengaja membawa serta HP nya itu ke kamr mandi karena khawatir kalo diitnggal di ruangan bungalow jika tiba-tiba Robi menghubunginya bisa saja akan ketahuan oleh sang suami yaitu Ryan.Tania pun mulai menyalakan air showernya sehingga tubuh telanjangnya mulai basah oleh semburan air yang mengucur deras ari atas kepalanya. Sabun cair dan shampo di bagian rambutnya juga sudah membasahi tubuh indah dan montoknya itu. Tak dikira, HPnya tiba-tiba ada notif pesan masuk. Tania pun sejenak meraih HP nya itu yang ia letakkan di wastafel kamar mandi itu.Diliatnya itu adalah pesan WA masuk dari Robi.“Tania, sedang apa? Maaf aku gak kuat menahan rasa kangenku!” ujar Robi di chat Wa itu.Tania pun perlahan membalas pasan WA Robi tersebut.“Maaf, mas Robi. Aku seda

Melihat bokong indah milik istrinya itu yang telah berposisi menungging di hadapannya membuat jakun Ryan turun naik tanda nafsunya yang sedang di ubunn-ubun dan ia sedang menelan salivanya. Ia merasa bangga dan senang banget punya istri yang memiliki tubuh yang sempurna sebagai perempuan. “Ayo mas.....!” ajak Tania yang terlihat sang suami masih mengatur nafasnya yang masih terdengar tersengal-sengal di belakang Tania.“Aku lagi memandangi pantatmu sayang! Indah banget. Bikin kontolku ini berdenyut-denyut sedari tadi!” ucap Ryan dengan suara bergetar menahan hasrat yang makin meneggelora untuk melanjutkn peresetubuhan mereka di ranjang besar bernuansa putih dan berkelambu itu.Tania tau bahwa sang suami sudah sange berat meilhat bokongnya. Maka Tania pun menggoyangkan pantatnya itu seolah memanggil agar rudal sang suami untuk segera mendatangi lubang intinya.“Ayo mas entot aku.....tuntaskan tugasmu sayang!” ucap Tania menggoda sang suami yang jelas-jelas sudah nafsu berat itu.Ryan

Ryan: (tersenyum) "Aku merasa begitu bahagia hari ini."Tania: "Aku juga, sayang. Liburan di Bali benar-benar momen yang tak terlupakan."Ryan: "Iya, dan yang paling berarti bagiku adalah bisa menghabiskan momen-momen indah itu bersamamu."Tania tersenyum lembut, merasa tersentuh oleh kata-kata Ryan. Mereka menatap satu sama lain dengan penuh cinta, merasa begitu bersyukur atas hubungan mereka yang begitu mendalam.Mereka saling tersenyum dan mendekatkan diri untuk berciuman dengan lembut. Perasaan bahagia dan cinta mereka semakin kuat saat mereka mengingat semua momen indah yang mereka lewati bersama selama liburan di Bali.Di mobil yang lain, rombongan papa Sudono dan mama Tyas bersama dengan Kang Karjo dan Mbak Muti juga berbincang-bincang dengan penuh semangat tentang liburan mereka.Papa Sudono: (tersenyum) "Liburan ini benar-benar luar biasa. Aku senang kita bisa menghabiskan waktu bersama."Mama Tyas: "Iya, aku merasa seperti anak muda lagi selama liburan ini."Kang Karjo: "Kal