All Chapters of JEJAK HASRAT: Chapter 81 - Chapter 90

Seketika, beberapa pria mulai saling dorong, dan dalam sekejap, perkelahian itu menjadi semakin besar. Airin mencoba menjauh dari kerumunan, tetapi dia merasa terjebak di tengah-tengah pertempuran yang semakin memanas.Ketika tampaknya tidak ada jalan keluar, Dito berdiri di samping Airin dan berseru, "Cukup! Semua orang berhenti!" Suara Dito yang kuat dan tegas menghentikan beberapa pria tamu yang terlibat dalam perkelahian.Namun, beberapa orang lain masih tidak bersedia menghentikan perkelahian. Mereka berteriak dan bersitegang satu sama lain. Situasi semakin kacau, dan Airin merasa semakin terjebak.Dalam keadaan putus asa, Airin akhirnya berseru dengan suara keras, "Hentikan ini sekarang! Kami bukan barang yang bisa diperjualbelikan!"Kata-kata Airin menggetarkan seluruh ruangan. Sejenak, semua orang tampak terdiam. Mereka merasa malu atas tindakan mereka sendiri. Dito mengambil alih situasi dan menyuruh penjaga klub untuk membantu menenangkan tamu-tamu yang ribut.Setelah perkel

Suatu malam, Aryo mengajak Airin ke sebuah kamar hotel di pinggiran pantai saat dia sedang libur bekerja di klub malam. Airin merasa gugup, tapi Aryo bersikeras. Mereka tiba di kamar hotel yang mewah dengan pemandangan laut yang indah. Malam itu, Airin dan Aryo menjalani momen yang sangat intim, dan Airin merasa seperti tenggelam dalam cinta yang begitu dalam. Namun, semakin lama Airin menjalani kehidupan ganda ini, semakin sulit baginya untuk menyembunyikan perasaannya. Dia merasa bersalah kepada Dito, yang telah memberinya harapan baru, tetapi juga merasa terikat dengan Aryo, pria yang telah memikat hatinya dengan pesona dan cintanya.Setiap hari, Airin harus menjalani peran ganda, menjadi wanita yang setia kepada Dito di satu sisi dan wanita yang bersemangat dalam hubungannya dengan Aryo di sisi lain. Perasaan bingung dan tekanan semakin membuat Airin merasa hancur.Dito terus mencari-cari Airin, tetapi setiap upayanya selalu berakhir dengan ketidakpastian. Dia merasa khawatir dan

Airin merasa seperti dia terjebak dalam pertempuran cinta yang rumit antara Dito dan Aryo. Dia tahu bahwa dia harus mengambil keputusan akhir, dan ini akan menjadi keputusan yang akan memengaruhi sisa hidupnya. Bagaimanapun, perjalanan Airin dalam mencari cinta sejati masih memiliki banyak rintangan yang harus dia hadapi di masa depan.Ketegangan semakin mendominasi hubungan antara Dito, Aryo, dan Airin. Airin terus terjebak di antara dua pria yang begitu berpengaruh dalam hidupnya, dan dia tahu bahwa situasi ini tidak bisa berlangsung selamanya. Namun, dia tidak tahu bagaimana caranya untuk mengakhiri perseteruan ini tanpa melukai salah satu dari mereka.Suatu hari, Dito dan Aryo tak sengaja bertemu di sebuah kafe. Kedua pria itu tidak pernah berbicara langsung satu sama lain sejak pertemuan tegang di kafe beberapa waktu yang lalu. Ketika mereka melihat satu sama lain, suasana tegang langsung menguasai ruangan.Dito berdiri dan menghampiri Aryo dengan wajah yang penuh amarah. "Kau ta

"Dito, aku punya kabar baik," kata Rissa dengan senyum gembira. "Aku akan bertunangan dengan Yan, seorang pria yang sangat baik, dan kami akan menikah dalam waktu dekat."Dito terkejut mendengar kabar itu, dan dia merasa campur aduk. Meskipun dia merasa senang untuk Rissa, dia juga merasa sedikit kecewa bahwa mantan pacarnya akan segera menikah."Aku senang mendengarnya, Rissa," kata Dito dengan suara cemas. "Tapi aku juga merasa sedikit terkejut."Rissa memahami perasaan Dito, dan dia mencoba memberikan dukungan padanya. "Aku tahu ini mungkin terasa aneh, Dito. Tapi kita sudah berpisah cukup lama, dan aku ingin memulai babak baru dalam hidupku."Dito merasa bahwa dia harus memberikan dukungan kepada Rissa, meskipun dia merasa sedikit cemas tentang masa depannya. "Tentu saja, Rissa. Aku harap kau akan bahagia."Rissa tersenyum dan menggenggam tangan Dito dengan lembut. "Terima kasih, Dito. Aku selalu akan menghargai kenangan indah yang pernah kita miliki."Sementara Dito mencoba meras

Yoga, seorang pemuda berusia 18 tahun yang baru saja lulus SMA, merasa sangat bersemangat namun juga ada rasa gugup dengan perjalanan barunya ke Jakarta. Ia tinggal menumpang di rumah paman Boni dan bibinya, Cindy, agar bisa berkuliah di salah satu perguruan tinggi di ibukota. Sementara ayah dan ibunya masih tinggal di desa Brebes, Jawa Tengah. Awalnya, hidup Yoga di kampungnya sangat sederhana dan aman, tanpa pengaruh negatif yang berarti. Namun, semuanya berubah ketika ia tiba di Jakarta.Seiring berjalannya waktu, Yoga mulai merasakan pengaruh lingkungan baru yang memancing hasratnya. Ia sering kali melihat paman Boni dan bibi Cindy bermesraan di kamar mereka. Yoga, yang awalnya tidak terlalu paham tentang hal-hal seperti ini, mulai merasa penasaran. Ia tiba-tiba mendengar obrolan-obrolan yang tak seharusnya ia dengar, dan hal itu membuatnya semakin penasaran.Pada suatu hari, Yoga bertemu dengan teman kuliahnya, Arman. Mereka menjadi teman akrab, dan Arman tampaknya memiliki penga