Zio merentangkan kedua tangan, tersenyum penuh percaya diri. "Ya, benar, aku yang bilang begitu!"Ryan berkata, "Baiklah. Kalau begitu, klien ini harus aku temui sendiri. Aku ingin lihat sendiri, apakah benar seperti yang Pak Zio bilang, klien ini cuma bisa ditangani olehmu?"Zio bertepuk tangan sambil tertawa keras. "Pak Ryan, apa rapat hari ini bikin kamu jadi besar kepala ya? Meskipun kamu dari keluarga besar, di dunia penjualan, kamu tetap junior di hadapanku!""Zio!" teriak Lucya sambil mengerutkan alis. "Ini urusan pekerjaan di perusahaan, kenapa kamu sampai menyerang secara pribadi?"Zio langsung sadar dirinya kebablasan. Dia buru-buru menenangkan suasana. "Ya, ya, maaf, itu salahku. Aku cuma emosi karena lihat Ryan bersikap nggak masuk akal, jadi salah bicara.""Salah bicara?" Ryan menyeringai dingin. "Menurutku, menyerang secara pribadi itu justru keahlian terbesarmu.""Ryan!" Lucya kembali melotot ke arahnya.Saat ini, dua orang ini adalah andalan Lucya. Meskipun secara priba
Baca selengkapnya