Home / Romansa / Cinta Dalam Konspirasi / Aksi Pertama Bayangan

Share

Aksi Pertama Bayangan

Author: Tata dk
last update Last Updated: 2025-09-22 11:25:07

Fajar baru saja menyapu langit ketika Arunika terbangun. Ia merasa seperti tidak tidur sama sekali. Pandangannya buram, tubuhnya kaku, tetapi pikirannya berputar tajam. Hari ini adalah hari yang ditentukan Rakha. Hari di mana ia harus membuktikan bahwa ia pantas menjadi “bayangan” yang diminta.

Di cermin, wajahnya tampak pucat. Ia menarik napas panjang dan memaksa diri merias wajah agar terlihat segar. “Farel, demi kamu,” gumamnya, suara nyaris tak terdengar.

Di halte bus menuju kantor Maheswara Group, Arunika menekan ponselnya berkali-kali, membaca ulang pesan instruksi singkat dari Rakha: “Dokumen rapat internal. Ambil sebelum jam dua. Sembunyikan rapi. Jangan tinggalkan jejak.”

Tak ada kata tambahan. Bahkan tanda titik pun tidak. Namun kata-kata singkat itu cukup membuat jantungnya berpacu. Ia mencoba mengatur strategi. Bagian keamanan kantor terkenal ketat. Di setiap pintu ada akses kartu magnetik, dan ruang rapat hanya bisa dimasuki staf inti.

Arunika mengingat letak lema
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Cinta Dalam Konspirasi   Aksi Pertama Bayangan

    Fajar baru saja menyapu langit ketika Arunika terbangun. Ia merasa seperti tidak tidur sama sekali. Pandangannya buram, tubuhnya kaku, tetapi pikirannya berputar tajam. Hari ini adalah hari yang ditentukan Rakha. Hari di mana ia harus membuktikan bahwa ia pantas menjadi “bayangan” yang diminta. Di cermin, wajahnya tampak pucat. Ia menarik napas panjang dan memaksa diri merias wajah agar terlihat segar. “Farel, demi kamu,” gumamnya, suara nyaris tak terdengar. Di halte bus menuju kantor Maheswara Group, Arunika menekan ponselnya berkali-kali, membaca ulang pesan instruksi singkat dari Rakha: “Dokumen rapat internal. Ambil sebelum jam dua. Sembunyikan rapi. Jangan tinggalkan jejak.” Tak ada kata tambahan. Bahkan tanda titik pun tidak. Namun kata-kata singkat itu cukup membuat jantungnya berpacu. Ia mencoba mengatur strategi. Bagian keamanan kantor terkenal ketat. Di setiap pintu ada akses kartu magnetik, dan ruang rapat hanya bisa dimasuki staf inti. Arunika mengingat letak lema

  • Cinta Dalam Konspirasi   Ujian Kesetiaan

    Arunika memandangi langit-langit kamarnya yang gelap. Jarum jam terus berdetak, menembus kesunyian malam. Matanya lelah, tapi otaknya terus bekerja tanpa henti. Katakata Rakha masih bergema, menusuk seperti pisau dingin: “Buktikan dirimu. Kalau gagal, Farel yang menanggung akibatnya.” Ia menggenggam bantal erat-erat. Hatinya berperang. Satu sisi ingin menyerah, berhenti dari semua permainan berbahaya ini. Tapi sisi lain mengingat wajah pucat Farel yang terbaring di ranjang rumah sakit, dengan berbagai alat medis yang hanya bisa tetap menyala jika biaya terus dibayar. “Farel…” bisiknya lirih, air mata menggenang di sudut mata. “Kakak harus kuat. Kakak nggak boleh gagal.” Malam itu, Arunika sama sekali tidak tidur. Pagi harinya, tubuhnya terasa berat. Kantung matanya terlihat jelas, meskipun ia sudah berusaha menutupinya dengan bedak tipis. Saat tiba di kantor Maheswara Group, langkahnya goyah, tapi ia memaksakan senyum ramah pada rekan-rekan kerja. Arvan sudah duduk di meja kerjany

  • Cinta Dalam Konspirasi   Sekretaris Bayangan

    Pagi pertama Arunika memasuki gedung Maheswara Group terasa asing, seakan semua mata menimbang-nimbang kehadirannya. Gedung itu menjulang megah, dinding kaca berkilau memantulkan matahari yang baru naik. Orang-orang berbaju formal lalu-lalang dengan langkah cepat, penuh percaya diri, seolah setiap detik waktu mereka bernilai emas. Arunika berdiri di depan pintu putar, menarik napas panjang. Bajunya sederhana: blus putih dan rok hitam selutut, penampilan khas sekretaris. Tetapi hatinya berdebar jauh lebih keras daripada penampilannya yang tenang. Tas kecil di tangannya terasa berat—bukan karena isinya, melainkan karena beban rahasia yang kini ia bawa. Seseorang mendekat. “Arunika?” Arunika menoleh. Seorang pria muda dengan senyum ramah berdiri di hadapannya. Postur tinggi, wajah teduh, kemeja biru yang dipadukan dasi berwarna hitam. Senyum itu seketika memecah ketegangan. “Nama saya Arvan Maheswara,” katanya sambil mengulurkan tangan. Arunika menelan ludah. Jadi inilah kakak yang

  • Cinta Dalam Konspirasi   Perjanjian Gelap

    Malam itu vila keluarga Maheswara tampak lebih mencekam daripada biasanya. Angin laut yang berembus dari kejauhan membawa aroma asin yang bercampur dengan ketegangan dalam dada Arunika. Mobil hitam yang menjemputnya berhenti tepat di halaman.Sopir itu tidak banyak bicara; hanya satu kalimat dingin yang ia lontarkan, “Tuan muda sudah menunggu.” Arunika menggenggam erat tas kecil di pangkuannya. Rasanya jantungnya berdentum lebih keras daripada deru mesin mobil. Uang yang sudah diberikan Rakha kemarin memang berhasil menahan biaya rumah sakit Farel untuk sementara, tetapi ia tahu itu tidak cukup. Semua ini bukan sekadar bantuan itu adalah ikatan.Dan malam ini, ikatan itu akan diresmikan. Rakha menunggunya di ruang kerja lantai dua vila. Lampu gantung besar di langit-langit hanya menyala setengah, membuat ruangan itu lebih banyak bayangan daripada cahaya. Rakha duduk di balik meja kayu besar, rapi dalam jas gelapnya, menatapnya dengan sorot mata yang dingin, sorot mata seorang p

  • Cinta Dalam Konspirasi   Harga Sebuah Janji

    Suara monitor di ruang ICU berdenting pelan, ritmis, seolah jadi pengingat betapa rapuhnya nyawa seseorang.Arunika duduk di kursi besi yang dingin, menatap wajah pucat adiknya, Farel, yang masih terbaring koma.Sejak malam itu, malam penuh darah yang merenggut orang tua mereka, Farel tidak pernah membuka matanya lagi. Arunika menggenggam tangan adiknya erat. “Bertahanlah, Rel. Kakak nggak akan biarin kamu pergi. Apa pun yang terjadi.” Namun, tekad yang ia ucapkan dengan suara bergetar terasa begitu rapuh di hadapan kenyataan. Amplop cokelat yang tadi pagi diberikan pihak rumah sakit masih terselip di tasnya. Ia sudah membaca isinya berulang kali, tapi kalimat itu tetap menusuk seperti pisau. “Jika dalam tujuh hari tidak ada pembayaran, layanan perawatan akan dihentikan.” Arunika tahu artinya: jika ia tidak menemukan uang sebesar itu, Farel akan kehilangan kesempatan untuk tetap hidup. Ia mencoba segala cara. Menghubungi kerabat jauh yang bahkan jarang ditemuinya. Mengetuk pintu

  • Cinta Dalam Konspirasi   Jejak Luka

    Hujan masih deras ketika moncong senjata itu terarah tepat ke wajah Arunika. “Jangan bergerak,” ulang pria bertopeng itu dengan nada dingin. Arunika membeku, tubuhnya gemetar. Pelukannya pada Farel semakin erat, seakan bisa melindungi adiknya dari maut. Nafasnya tercekat. Di kepalanya hanya ada satu kalimat: aku tidak boleh mati, Farel harus hidup… Dor! Suara tembakan memecah udara. Arunika berteriak spontan, menutup tubuh Farel dengan dirinya. Tapi alih-alih rasa sakit, ia mendengar suara logam jatuh ke tanah. Pria bertopeng itu merintih tertahan—bahunya ditembak seseorang dari arah lain.Arunika menoleh dengan cepat. Dari balik kegelapan hujan, sosok tetangganya, Pak Jaya, muncul dengan senapan tua di tangan. Wajahnya penuh keberanian meski tubuhnya basah kuyup. “Cepat lari, Nika!” teriaknya. Pria bertopeng itu mendesis marah. Ia melangkah mundur, lalu melarikan diri ke arah gang sempit. Hujan menelan bayangannya hingga hilang dari pandangan. Arunika nyaris roboh karena leg

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status