Rian berdiri di lorong panjang markas bawah tanah itu, bahunya sedikit tegang. Baru saja ia keluar dari kamar Raven, tapi rasa curiganya malah semakin kuat. Ada sesuatu yang janggal dari sahabat-sahabatnya akhir-akhir ini—terutama Arkana.Ia berjalan pelan melewati ruang peralatan, matanya menatap kosong ke lantai, pikirannya berputar.“Raven jelas lagi punya masalah, tapi Arkana juga berubah…” gumamnya pelan. “Dan itu bukan cuma karena kerjaan.”Beberapa hari terakhir, Rian sering memperhatikan betapa sering Arkana tampak melamun, bahkan di tengah rapat penting. Tatapannya kosong, suaranya berat, dan sesekali terlihat bekas keringat dingin di pelipisnya. Itu bukan Arkana yang ia kenal—bukan pemimpin yang selalu tajam, cepat, dan penuh kendali.Rian mengembuskan napas panjang. “Gue gak bisa diem aja.”Tangannya merogoh ponsel, mengetik pesan singkat dengan nada tegas:“Ke kantor lu, sekarang. Ada hal yang harus dibahas.”Beberapa menit kemudian, dua orang muncul di ambang pintu kantor
Last Updated : 2025-10-06 Read more