“Simpan ini ya, Mbok.” Asih nampak terkejut saat Kanaya menyelipkan sejumlah uang ditangannya sebelum kembali ke Jakarta. “Apa ini, Nduk? Kamu bahkan sudah mengirimkan simbok uang minggu lalu.” Asih hendak mengembalikan itu, namun dengan cepat Kanaya menolaknya. Memang benar, Kanaya sudah mengirimkan sejumlah uang kepada Asih. Tapi, itu untuk keperluan Zahra. Tapi, Kanaya menyisihkan uang yang diberikan oleh Bram untuk diberikannya kepada Asih buat tambahan belanja harian. “Ini tambahan untuk keperluan dapur, Mbok. Dan anggap saja, ini sebagai ungkapan rasa terimakasih Naya karena mbok mau merawat Zahra.” Mata Kanaya mulai berair. Baginya, ketulusan Asih selama ini tak akan bisa ia balas. Jika dulu, Asih membesarkannya, kini wanita yang sudah renta itu masih mau mengurus putrinya. Tentu saja, Kanaya tidak akan melupakan setiap tetes keringat yang Asih keluarkan untuk dirinya dan Zahra. “Enggak perlu, Nduk. Kamu simpan saja untuk kebutuhan kamu sendiri disana.” “Hidupku sud
Last Updated : 2025-09-24 Read more