Kanaya terdiam merapati nasibnya. Ia pandangi telapak tangannya yang gemetar. Rasa trauma jelas masih Kanaya rasakan sampai sekarang. Jika saja, Kanaya tak bisa melawan tadi, ia pasti sudah menjadi santapan dari Jarwo. Kanaya menjadi berpikir, apakah dirinya sepolos itu sehingga mudah sekali tertipu. Padahal, Kanaya sudah berpikir jika Jarwo tulus membantunya. Tapi pada kenyatannya, Jarwo memanfaatkan situasi ini untuk mengambil keuntungan darinya. Kanaya menghembuskan napas panjang. Kepalanya memutar tatkala ia mendengar suara derap langkah kaki seseorang. Sosok Bram muncul dengan membawa piring nasi ditangannya. “Makan dulu. Sejak tadi, kamu belum makan apapun.” Bram dudukkan dirinya di samping Kanaya. Tatapan Bram mengarah pada Kanaya yang nampak murung. “Kenapa?” Kanaya menggeleng lalu menyulam senyum, “Tidak apa, Tuan. Harusnya, Tuan tidak perlu repot seperti ini. Saya bisa makan sendiri nanti.” “Kamu tidak akan makan jika tidak di paksa, Nay.” Bram menyen
Last Updated : 2025-10-11 Read more