Udara malam menampar wajah Javier saat ia keluar dari lobi hotel. Napasnya berat, langkahnya gontai, tapi amarah yang dikuasai oleh alkohol membuatnya tetap bergerak menuju tujuan. Setiba di parkiran, tanpa pikir panjang, ia masuk ke dalam mobil, menyalakan mesin, lalu menekan pedal gas dalam sekali injak.Suara ban melengking di aspal basah. Mobil melesat keluar dari area hotel, menembus jalanan kota yang mulai sepi. Lampu-lampu jalan berlari cepat di sisi kiri dan kanan kaca depan, memburam bersama pikirannya yang penuh sesak.Tangannya mencengkeram setir begitu keras hingga buku-buku jarinya memutih. “Jangan gila, Javier,” gumamnya sendiri, matanya merah. “Kau cuma butuh tenang. Hanya butuh tenang.” Berusaha menenangkan dirinya agar tidak gila-gilaan detik itu juga. Namun, otaknya justru menjerit, penuh bayangan Aleza, tawa sinisnya, pengkhianatan itu, Dania, Bram, dan akhirnya—Alea.Semua menyatu jadi satu. Namun, yang paling membuatnya tidak bisa berpikir wajar adalah Alea. Nam
Huling Na-update : 2025-10-24 Magbasa pa