Lampu di ruang tamu masih menyala, tapi cahayanya redup, seperti sisa napas dari malam yang belum selesai.Anetta berdiri di ambang pintu, masih dengan mantel yang belum sempat dilepas. Bram menatap wanita itu dari sofa, tubuhnya condong ke depan, satu tangan memegang gelas yang sudah kosong. Tidak ada aroma alkohol, hanya ampas kopi yang sudah dingin, tapi ketegangan di udara jauh lebih memabukkan dari itu.“Jam berapa sekarang?” suara Bram tenang, tapi nyaris tanpa intonasi.“Sedikit lewat tengah malam,” jawab Anetta datar, menutup pintu pelan.Keheningan menggantung.Detik jam di dinding terdengar lebih nyaring dari biasanya. Anetta melangkah ke dalam, mencoba menahan napas agar tak terlalu berisik.Bram mengawasi setiap gerakan Anetta dengan pandangan yang sulit dibaca, dingin, tapi menyimpan sesuatu yang menekan dari balik permukaannya.“Lucu,” ujar Bram akhirnya, nada suaranya datar namun menembus. “Kamu selalu pulang setelah hujan. Dulu, setiap kali kamu pulang terlambat, aku
Last Updated : 2025-10-25 Read more