Beberapa menit setelah ciuman itu, udara di dalam mobil berubah jadi ruang hampa. Tak ada yang bicara. Hanya bunyi wiper yang pelan, membersihkan sisa hujan di kaca depan secara ritmis, tapi terasa seperti detak jantung yang tak sinkron.Anetta masih menatap ke luar jendela. Ujung jarinya bergetar, seolah sisa sentuhan Anthony tadi masih menempel di kulit bibirnya.Sementara Anthony menggenggam setir lebih keras dari yang seharusnya. Rahangnya menegang, tapi di matanya ada sesuatu yang tak bisa disembunyikan. Terlihat jelas kekacauan.“Aku… nggak seharusnya,” suara Anetta pecah pelan, nyaris seperti bisikan pada diri sendiri.Anthony tidak langsung menjawab. Ia menoleh, menatap perempuan itu lama, sebelum berkata pelan, “Aku tahu. Tapi kamu juga nggak mundur.” Ujar Anthony sesuai fakta.Kalimat itu menggantung di udara, berat, jujur, dan nyaris kejam.Anetta menunduk, menggigit bibirnya. “Aku cuma—” Katanya terpotong.“Rindu, hm?” potong Anthony cepat, nada suaranya serak, tapi tatapa
Last Updated : 2025-11-10 Read more